Foto: MI/Panca Syurkani
Foto: MI/Panca Syurkani

Penjelasan BMKG soal Hujan Es

Tri Kurniawan, LB Ciputri Hutabarat • 28 Maret 2017 16:47
medcom.id, Jakarta: Beberapa wilayah di Jakarta diguyur hujan es disertai angin kencang, gemuruh, dan petir. Hujan es di Jakarta, Selasa sore 28 Maret 2017, ramai dibicarakan di media sosial.
 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjelaskan asal muasal hujan es seperti dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana DKI Jakarta. Hujan lebat atau es disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
 
Indikasi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat, yakni satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5 derajat celcius) disertai kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).
 
Mulai pukul 10.00 tumbuh awan Cumulus atau awan putih berlapis–lapis. Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu–abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
 
Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu–abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus.
 
Dahan atau ranting mulai bergoyang cepat. Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri. Biasanya, hujan deras secara tiba-tiba. Apabila hanya gerimis, angin kencang jauh dari tempat kita.
 
Jika satu hingga tiga hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi, ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
 
Soal angin puting beliung atau angin kencang, sifatnya, yakni sangat lokal, luasannya berkisar 5-10 kilometer, dengan waktu kurang dari 10 menit. Terjadi pada peralihan musim, siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari.
 
Puting beliung bergerak secara garis lurus, tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5–1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda–tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %.
 
Angin ini hanya berasal dari awan Cumulonimbus, bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya. Tetapi tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan puting beliung. Kemungkinan kecil terjadi di tempat yang sama.
 

Subhanalah hujan es batu di Jakarta lagi nongkrong kayak ada yg lempari #yr15cijakarta

A post shared by YR15CI JAKARTA (@club_yr15cijakarta) on









 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan