Pasar Tanah Abang terkini. Foto: MI/Adam Dwi
Pasar Tanah Abang terkini. Foto: MI/Adam Dwi

Pasar Tanah Abang Sepi Tergerus Teknologi

Putri Anisa Yuliani • 16 September 2023 20:49
Jakarta: Efrem, 38, hanya bisa terdiam menyaksikan rekan-rekannya sesama pedagang di Blok A Pasar Tanah Abang menutup toko akibat sepinya pembeli. Beberapa toko bahkan ditutup penyewanya.
 
Setiap lantai Pasar Tanah Abang Blok A, pasti ada toko yang tutup. Lorong-lorong klaster toko juga sepi, tidak dikunjungi pengunjung sama sekali.
 
Dari 12 lantai di Blok A, hanya lantai dasar tempat grosir baju anak-anak serta lantai lima tempat grosir baju muslim yang masih ada pembeli. Namun, di dua lantai tersebut pun terdapat beberapa toko sudah tutup. Lalu lintas di sekitar Tanah Abang yang terkenal padat, kini mulai longgar.

Menurut Efrem, pengunjung pusat grosir tekstil terbesar di Indonesia itu mulai berkurang sekitar tiga sampai empat bulan lalu. Tepatnya, usai Iduladha.
 
"Mulai terasa sekali sih setelah Idhuladha. Kalau pas (setelah) Idulfitri itu masih oke," kata Efrem kepada Media Indonesia, Sabtu, 16 September 2023.
 
Baca juga: Ratusan Petugas Tertibkan PKL di Tanah Abang dan Gambir

Efrem membantu istrinya berdagang tunik dan baju muslim di Blok A Tanah Abang. Sehari-hari, istrinya bolak balik dari tempat tinggalnya di BSD, Tangerang, ke Tanah Abang demi melanjutkan usaha keluarga itu.
 
Bahkan, menurut dia, usaha di Pasar Tanah Abang saat ini jauh lebih buruk daripada saat pandemi covid-19. Adik iparnya yang memiliki kios khusus untuk menjual secara grosiran di Pasar Metro Tanah Abang sudah menutup tokonya.
 
"Pandemi sepi. Tapi ini lebih sepi lagi," ungkapnya.
 
Omzet toko milik istrinya pun terjun bebas. Dulu, omzetnya bisa Rp10 juta dalam sehari. "Sekarang turun jauh bahkan sampai di bawah 50%," ungkapnya.
 
Ia menduga sepinya Pasar Tanah Abang terjadi karena ulah para pemilik pabrik konveksi besar yang langsung terjun berjualan di aplikasi Tiktok. Aksi ini mematikan pedagang kecil.
 
"Persaingannya tidak sehat. Kalau yang punya pabrik besar langsung jualan kan otomatis matiin reseller dia juga. Matiin para pedagang kecil juga karena harga dia pasti lebih murah," ungkap Efrem.
 
Ia melihat secerca harapan manakala DPR mulai mengkritisi hingga berencana melarang aplikasi TikTok berjualan. Ia berharap anggota dewan bisa memberi perhatian serius terhadap masalah ini. Sebab, jika dibiarkan, kata dia. UKM di Indonesia bisa mati.
 
"Nggak hanya itu, dampaknya kan pasti ke pemerintah juga karena pajak dari kita berkurang. Kita kan bayar pajak. Pemerintah ada dapat untung dari penyewaan kios juga. Itu bisa hilang kalau toko lebih banyak yang tutup," tandasnya.
 
Sepinya Pasar Tanah Abang pun diamini oleh Riah, 56, pembeli asal Depok, Jawa Barat. Ia sudah belasan tahun berbelanja di Tanah Abang secara grosir untuk dijual kembali secara keliling di lingkungan tempat tinggalnya. Menurut dia, pola pengunjung di Pasar Tanah Abang sesungguhnya sudah terbentuk.
 
"Akhir dan awal bulan ramai. Tengah bulan sampai tanggal tua itu sepi. Tapi kalau sekarang akhir dan awal bulan pun ramainya enggak seberapa dibanding dulu," ucap Riah.
 
Ia menyayangkan banyak toko grosir langganannya di Pasar Tanah Abang tutup. Sebab, meskipun banyak persaingan usaha dari toko online, pelanggan Riah masih belum berkurang. Masih banyak yang menghubunginya untuk memesan dibelikan baju di Tanah Abang dan nantinya dibayar secara kredit.
 
"Tapi sekarang justru susah cari baju yang dipesan karena banyak toko langganan sudah tutup. Atau saya harus jalan lebih jauh cari di blok-blok lain kalau di Blok A nggak ada. Karena saya lebih sering belanja di Blok A," ungkap Riah.
 
Riah pun berharap pemerintah bisa turun tangan menangani permasalahan ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan