medcom.id, Jakarta: Kualitas solar yang beredar di Indonesia masih buruk. Berdasarkan hasil tes kelulusan bahan bakar minyak (BBM), tingkat kelulusan BBM masih buruk, premium dan solar masih dibawah standar internasional.
"Kalau persentase kelulusan kualitas bensin itu cukup bagus. Rata-rata 80 persen, namun solar kita rata-rata kelulusannya hanya 40 persen " kata Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah, di Kantor Kementerian LHK, Jalan DI Panjaitan, Jakarta, Rabu (18/2/2015).
Dia mengungkapkan, kualitas BBM bersubsidi seperti solar dan premium masih jauh di bawah standar Internasional. "Kalau di Indonesia, Pertamax saja baru Euro dua. Di Asean sepakat 2016 sudah euro 4. Di Eropa sudah euro 6 mau ke Euro 7. Kita sangat ketinggalan,” ujarnya.
Kualitas BBM yang masih di bawah rata-rata menyebabkan polusi semakin parah. Sebab, kualitas BBM berhubungan dengan emisi gas buang yang dihasilkan. “Sudut pandang masyarakat Indonesia salah. 97 persennya lebih memilih pakai BBM subsidi. Padahal kalau harga murah (premium), polusi juga semakin besar dan kendaraan jadi cepat bermasalah," katanya.
Jika masyarakat terus menggunakan BBM subsidi, polusi akan semakin parah, dan akhirnya kesehatan masyarakat semakin terancam. Masyarakat semakin rentan terkena kanker paru-paru, infeksi, dan beragam penyakit seputar pernapasan.
medcom.id, Jakarta: Kualitas solar yang beredar di Indonesia masih buruk. Berdasarkan hasil tes kelulusan bahan bakar minyak (BBM), tingkat kelulusan BBM masih buruk, premium dan solar masih dibawah standar internasional.
"Kalau persentase kelulusan kualitas bensin itu cukup bagus. Rata-rata 80 persen, namun solar kita rata-rata kelulusannya hanya 40 persen " kata Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah, di Kantor Kementerian LHK, Jalan DI Panjaitan, Jakarta, Rabu (18/2/2015).
Dia mengungkapkan, kualitas BBM bersubsidi seperti solar dan premium masih jauh di bawah standar Internasional. "Kalau di Indonesia, Pertamax saja baru Euro dua. Di Asean sepakat 2016 sudah euro 4. Di Eropa sudah euro 6 mau ke Euro 7. Kita sangat ketinggalan,” ujarnya.
Kualitas BBM yang masih di bawah rata-rata menyebabkan polusi semakin parah. Sebab, kualitas BBM berhubungan dengan emisi gas buang yang dihasilkan. “Sudut pandang masyarakat Indonesia salah. 97 persennya lebih memilih pakai BBM subsidi. Padahal kalau harga murah (premium), polusi juga semakin besar dan kendaraan jadi cepat bermasalah," katanya.
Jika masyarakat terus menggunakan BBM subsidi, polusi akan semakin parah, dan akhirnya kesehatan masyarakat semakin terancam. Masyarakat semakin rentan terkena kanker paru-paru, infeksi, dan beragam penyakit seputar pernapasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)