Jakarta: Kualitas udara di DKI Jakarta buruk dalam sepekan terakhir. Buruknya kualitas udara di Jakarta disebabkan oleh planetary boundary layer.
"Itu merupakan lapisan percampuran massa udara, yang rendah pada pagi hari dan kecepatan angin yang rendah di pagi hari," kata Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG Taryono saat dikutip dari Media Indonesia, Minggu, 4 Juni 2023.
Kondisi tersebut mengakibatkan debu atau polusi tidak dapat menyebar pada ruang yang lebih luas. Sehingga menyebabkan particulate matter (partikel udara berukuran kecil) 2.5 meningkat.
Bahkan, menyentuh nilai maksimum. Hal itu terjadi pada pukul 07.00.
"Jakarta menempati urutan pertama kondisi kualitas udara terburuk di Indonesia dengan kategori konsentrasi PM2.5 harian tidak sehat selama 9 hari pemantauan," ungkap dia.
Kondisi tersebut tak hanya terjadi di Jakarta. Kualitas udara yang buruk juga terjadi di beberapa kota selama 21-31 Mei 2023.
"Kualitas udara di Lampung dan Bengkulu juga mengalami kategori tidak sehat masing-masing 2 hari dan 1 hari pemantauan," beber dia.
Ia menjelaskan, BMKG melakukan pengukuran PM 2.5 dengan peralatan reference dengan fixed station sesuai rekomendasi dari World Meteorological Organization (WMO). Metode yang digunakan menggunakan yaitu penyinaran sinar Beta (beta attenuation monitoring).
"Total ada 27 lokasi pengukuran PM 25 diseluruh Indonesia. Untuk di Jakarta titik pengamatan PM 2.5 berada di Kemayoran," ucapnya.
BMKG pun menghimbau masyarakat selalu memperhatikan informasi kualitas udara. Informasi tersebut dapat dipantau dari BMKG dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Bagi masyarakat yang memiliki historis terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskular untuk selalu mencermati kondisi kualitas udara karena potensi dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan. Selain itu, diharapkan masyarakat untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan," pungkas Taryono.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jakarta: Kualitas udara di
DKI Jakarta buruk dalam sepekan terakhir. Buruknya kualitas udara di Jakarta disebabkan oleh
planetary boundary layer.
"Itu merupakan lapisan percampuran massa udara, yang rendah pada pagi hari dan kecepatan angin yang rendah di pagi hari," kata Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG Taryono saat dikutip dari
Media Indonesia, Minggu, 4 Juni 2023.
Kondisi tersebut mengakibatkan debu atau
polusi tidak dapat menyebar pada ruang yang lebih luas. Sehingga menyebabkan
particulate matter (partikel udara berukuran kecil) 2.5 meningkat.
Bahkan, menyentuh nilai maksimum. Hal itu terjadi pada pukul 07.00.
"Jakarta menempati urutan pertama kondisi kualitas udara terburuk di Indonesia dengan kategori konsentrasi PM2.5 harian tidak sehat selama 9 hari pemantauan," ungkap dia.
Kondisi tersebut tak hanya terjadi di Jakarta. Kualitas udara yang buruk juga terjadi di beberapa kota selama 21-31 Mei 2023.
"Kualitas udara di
Lampung dan Bengkulu juga mengalami kategori tidak sehat masing-masing 2 hari dan 1 hari pemantauan," beber dia.
Ia menjelaskan, BMKG melakukan pengukuran PM 2.5 dengan peralatan
reference dengan
fixed station sesuai rekomendasi dari World Meteorological Organization (WMO). Metode yang digunakan menggunakan yaitu penyinaran sinar Beta (
beta attenuation monitoring).
"Total ada 27 lokasi pengukuran PM 25 diseluruh Indonesia. Untuk di Jakarta titik pengamatan PM 2.5 berada di Kemayoran," ucapnya.
BMKG pun menghimbau masyarakat selalu memperhatikan informasi kualitas udara. Informasi tersebut dapat dipantau dari BMKG dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Bagi masyarakat yang memiliki historis terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskular untuk selalu mencermati kondisi kualitas udara karena potensi dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan. Selain itu, diharapkan masyarakat untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan," pungkas Taryono.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id(ABK)