medcom.id, Jakarta: Kondisi tanah bekas pengerukan bantaran kali Ciliwung di wilayah Bukit Duri sudah sangat mengkhawatirkan. Jarak dinding rumah dengan bibir sungai hanya sekitar 2 meter.
Ketua RT 15 RW 010 kelurahan Bukit Duri, Husen mengungkapkan, kondisi tersebut dikarenakan pohon-pohon yang selama ini menjadi penyangga untuk menahan arus sungai dirobohkan oleh pihak Kodam saat pengerukan kali Ciliwung. Sehingga tanah dibibir sungai mudah longsor.
Akibat mudah longsor, lebar tanah antara perumahan warga berjarak empat meter, sekarang hanya tinggal dua meter karena digerus arus sungai yang cukup besar beberapa hari belakangan.
"Dulu sebelum dikeruk ada delapan meter, tetapi setelah pengerukan diambil empat meter tanah di pinggir kali jadi mudah longsor. Ya tinggal segitu (dua meter)," kata Husen saat ditemui di kediamannya di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Selasa (17/11/2015).
Pantauan Metrotvnews.com, tipisnya jarak bibir sungai dengan pemukiman warga di bantaran kali Ciliwung sudah sangat mengkhawatirkan. Terlebih jika arus sungai semakin deras, bisa menyebabkan rumah roboh dan terbawa arus. Bahkan, di beberapa lokasi retakan tanah sudah mulai terlihat.
Warga juga sudah mencoba membuat tiang penyangga menggunakan bambu yang diisi sampah agar tanah dibibir sungai tidak longsor lagi. Namun, usaha tersebut tidak berhasil, karena penyangga yang dibangun tidak mampu menahan arus sungai.
Melihat kondisi tersebut, Husein memerintahkan warganya yang tinggal di bibir sungai yang berjumlah 10 bangunan untuk segera pindah dan mencari tempat tinggal baru. Karena mayoritas penghuni adalah pengontrak. "Saya udah imbau berkli-kali untuk pindah," tegas Husen.
Beruntung imbauan untuk segera pindah tersebut diindahkan oleh warga, seperti yang diungkapkan oleh Edi baktiar, 46, yang sudah 10 tahun tinggal disana. Dirinya tidak ingin mempertaruhkan keselamatan keluarganya, karena kondisi tanah sudah sangat rawan terjadi longsor.
"Saya sudah cari kontrakan yang baru. Saya enggak mau pas lagi tidur tiba longsor gimana? Apalagi anak saya masih kecil-kecil," kata Edi.
Warga tidak menyangkal bahwa pengerukan yang telah dilakukan oleh pihak Kodam dan kontraktor membuahkan hasil. Jika tidak dikeruk, kata Husein, ketinggian air yang sempat membanjiri rumah warga di RT 15 RW 010 kelurahan Bukit Duri pada hari Senin (16/11) kemaren bisa mencapai dua meter.
"Memang ada manfaatnya juga, kalau enggak dikeruk bisa sampe dua meter lebih kalau banjir," ungkap dia.
medcom.id, Jakarta: Kondisi tanah bekas pengerukan bantaran kali Ciliwung di wilayah Bukit Duri sudah sangat mengkhawatirkan. Jarak dinding rumah dengan bibir sungai hanya sekitar 2 meter.
Ketua RT 15 RW 010 kelurahan Bukit Duri, Husen mengungkapkan, kondisi tersebut dikarenakan pohon-pohon yang selama ini menjadi penyangga untuk menahan arus sungai dirobohkan oleh pihak Kodam saat pengerukan kali Ciliwung. Sehingga tanah dibibir sungai mudah longsor.
Akibat mudah longsor, lebar tanah antara perumahan warga berjarak empat meter, sekarang hanya tinggal dua meter karena digerus arus sungai yang cukup besar beberapa hari belakangan.
"Dulu sebelum dikeruk ada delapan meter, tetapi setelah pengerukan diambil empat meter tanah di pinggir kali jadi mudah longsor. Ya tinggal segitu (dua meter)," kata Husen saat ditemui di kediamannya di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Selasa (17/11/2015).
Pantauan
Metrotvnews.com, tipisnya jarak bibir sungai dengan pemukiman warga di bantaran kali Ciliwung sudah sangat mengkhawatirkan. Terlebih jika arus sungai semakin deras, bisa menyebabkan rumah roboh dan terbawa arus. Bahkan, di beberapa lokasi retakan tanah sudah mulai terlihat.
Warga juga sudah mencoba membuat tiang penyangga menggunakan bambu yang diisi sampah agar tanah dibibir sungai tidak longsor lagi. Namun, usaha tersebut tidak berhasil, karena penyangga yang dibangun tidak mampu menahan arus sungai.
Melihat kondisi tersebut, Husein memerintahkan warganya yang tinggal di bibir sungai yang berjumlah 10 bangunan untuk segera pindah dan mencari tempat tinggal baru. Karena mayoritas penghuni adalah pengontrak. "Saya udah imbau berkli-kali untuk pindah," tegas Husen.
Beruntung imbauan untuk segera pindah tersebut diindahkan oleh warga, seperti yang diungkapkan oleh Edi baktiar, 46, yang sudah 10 tahun tinggal disana. Dirinya tidak ingin mempertaruhkan keselamatan keluarganya, karena kondisi tanah sudah sangat rawan terjadi longsor.
"Saya sudah cari kontrakan yang baru. Saya enggak mau pas lagi tidur tiba longsor gimana? Apalagi anak saya masih kecil-kecil," kata Edi.
Warga tidak menyangkal bahwa pengerukan yang telah dilakukan oleh pihak Kodam dan kontraktor membuahkan hasil. Jika tidak dikeruk, kata Husein, ketinggian air yang sempat membanjiri rumah warga di RT 15 RW 010 kelurahan Bukit Duri pada hari Senin (16/11) kemaren bisa mencapai dua meter.
"Memang ada manfaatnya juga, kalau enggak dikeruk bisa sampe dua meter lebih kalau banjir," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)