Jakarta: Operator bajaj berbahan bakar gas (BBG) mengeluhkan sulitnya mengisi BBG di Jakarta. Stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dinilai belum cukup mengakomodasi 12 ribu bajaj BBG.
"Kami kebingungan kalau tidak ada SPBG," kata Sekretaris Koperasi Bajaj Jaya Mandiri Roby Parulian di Kantor Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPPB), Sarinah, Jakarta, Jumat, 27 September 2019.
Koperasi Bajaj Jaya Mandiri merupakan salah satu operator bajaj BBG di Jakarta. Mereka mengoperasikan sekitar 2.500 bajaj BBG dari total 12 ribu bajaj BBG yang terdaftar di Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.
Berdasarkan data KPPB pada 2016, terdapat 45 SPBG yang terdaftar. Kini, hanya 23 SPBG yang masih beroperasi.
SPBG itu pun tidak semuanya beroperasi maksimal. Ada SPBG yang hanya menjual bahan bakarnya ke industri.
"Misalnya SPBG Jakpro Rawa Buaya, hanya menjual BBG ke industri. Bahkan SPBG PGN Ancol tidak menerima (pengisian BBG) bajaj," ujar dia.
Dia menduga itu disebabkan harga jual ke industri lebih menguntungkan. Harga BBG untuk industri berkisar Rp5 ribu per kiloliter atau setara premium (KLSP). Sedangkan, bajaj dikenakan Rp3.100 per KLSP.
Ilustrasi Bajaj BBG. Foto: MI/Immanuel Antonius
Roby mengatakan SPBG juga tak tersedia di Jakarta Utara. Sehingga, para sopir bajaj BBG dari Jakarta Utara harus mengisi bahan bakar di Jakarta Timur.
"Saya sudah imbau ke mereka jangan isi di Jakarta Timur. Perjuangkan agar ada SPBG sendiri di Jakarta Utara," tegas dia.
Sulitnya akses SPBG menimbulkan masalah lain. Sopir bajaj merugi karena harus berebut bahan bakar dengan kendaraan dari industri.
"Sopir bajaj ada yang menunggu tiga hingga empat jam," beber dia.
Lamanya waktu mengantre menimbulkan kerugian. Bahkan, sopir bajaj bisa merugi hingga Rp25 ribu per jam, atau Rp100 ribu per empat jam.
Roby juga mengeluhkan kelengkapan alat di SPBG. Dia mencontohkan SPBG Jatinegara dan SPBG Wali Kota Jakarta Timur yang sudah memiliki dispenser BBG, namun tidak ada pipa pengisian.
"Harapannya konsisten di SPBG ada gas. Lalu pemerintah benar-benar menerapkan semua transportasi umum pakai gas," pungkas dia.
Jakarta: Operator bajaj berbahan bakar gas (BBG) mengeluhkan sulitnya mengisi BBG di Jakarta. Stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dinilai belum cukup mengakomodasi 12 ribu bajaj BBG.
"Kami kebingungan kalau tidak ada SPBG," kata Sekretaris Koperasi Bajaj Jaya Mandiri Roby Parulian di Kantor Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPPB), Sarinah, Jakarta, Jumat, 27 September 2019.
Koperasi Bajaj Jaya Mandiri merupakan salah satu operator bajaj BBG di Jakarta. Mereka mengoperasikan sekitar 2.500 bajaj BBG dari total 12 ribu bajaj BBG yang terdaftar di Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.
Berdasarkan data KPPB pada 2016, terdapat 45 SPBG yang terdaftar. Kini, hanya 23 SPBG yang masih beroperasi.
SPBG itu pun tidak semuanya beroperasi maksimal. Ada SPBG yang hanya menjual bahan bakarnya ke industri.
"Misalnya SPBG Jakpro Rawa Buaya, hanya menjual BBG ke industri. Bahkan SPBG PGN Ancol tidak menerima (pengisian BBG) bajaj," ujar dia.
Dia menduga itu disebabkan harga jual ke industri lebih menguntungkan. Harga BBG untuk industri berkisar Rp5 ribu per kiloliter atau setara premium (KLSP). Sedangkan, bajaj dikenakan Rp3.100 per KLSP.
Ilustrasi Bajaj BBG. Foto: MI/Immanuel Antonius
Roby mengatakan SPBG juga tak tersedia di Jakarta Utara. Sehingga, para sopir bajaj BBG dari Jakarta Utara harus mengisi bahan bakar di Jakarta Timur.
"Saya sudah imbau ke mereka jangan isi di Jakarta Timur. Perjuangkan agar ada SPBG sendiri di Jakarta Utara," tegas dia.
Sulitnya akses SPBG menimbulkan masalah lain. Sopir bajaj merugi karena harus berebut bahan bakar dengan kendaraan dari industri.
"Sopir bajaj ada yang menunggu tiga hingga empat jam," beber dia.
Lamanya waktu mengantre menimbulkan kerugian. Bahkan, sopir bajaj bisa merugi hingga Rp25 ribu per jam, atau Rp100 ribu per empat jam.
Roby juga mengeluhkan kelengkapan alat di SPBG. Dia mencontohkan SPBG Jatinegara dan SPBG Wali Kota Jakarta Timur yang sudah memiliki dispenser BBG, namun tidak ada pipa pengisian.
"Harapannya konsisten di SPBG ada gas. Lalu pemerintah benar-benar menerapkan semua transportasi umum pakai gas," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)