medcom.id, Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melepas petugas Sensus Ekonomi 2016 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Pria yang akrab disapa Ahok ini tak ingin hasil sensus tidak akurat. Hasil sensus nantinya menjadi pegangan pengambilan keputusan kepala daerah.
"Saya tak ingin di lapangan (hasilnya) ngarang. Karena kan ditargetin," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (28/4/2016).
Gubernur DKI Jakarta melepas petugas Sensus Ekonomi 2016/Damar Iradat
Hasil sensus yang melenceng, kata Ahok, bisa memengaruhi dirinya mengambil kebijakan. Apalagi, sensus ekonomi dianggap sebagai salah satu bentuk pengawasan pajak.
"Kalau salah, kami yang buat kebijakan jadi salah total. Ini buat siapa? Buat kebaikan saudara juga. Jadi, buat hal ini harus buat saya dan kebaikan keluarga dan bangsa saya," tegas dia.
Mantan politikus Golkar dan Gerindra ini mengingatkan petugas harus ekstra sabar menghadapi warga Jakarta. Ahok mengaku paham tabiat warganya yang sulit ditanya-tanya.
"Kesabarannya harus jauh lebih tinggi dibandingkan kesabaran saya, jangan tidak sabar," tuturnya.
Sensus Ekonomi penting dalam menghadapi MEA/MTVN/Husen Miftahudin
Ahok berharap petugas sensus tidak sembarangan bekerja. Apalagi, sebelum bertugas petugas diminta bersumpah.
Sensus Ekonomi dilaksanakan untuk mendapatkan informasi potret utuh perekonomian bangsa, sebagai landasan penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional maupun regional.
Pendataan seluruh sektor usaha secara menyeluruh (selain sektor pertanian) akan mampu menghasilkan gambaran lengkap tentang level dan struktur ekonomi non-pertanian, berikut informasi dasar dan karakteristiknya. Selain itu, akan diketahui pula daya saing bisnis di Indonesia, serta penyediaan kebutuhan informasi usaha.
Secara nasional, petugas sensus diberi waktu dari 1-31 Mei 2016 untuk bekerja. Dalam rentang sebulan ini lah petugas harus mendapat data akurat. Sebab, nantinya, seluruh data nasional akan berpusat pada satu pintu, yakni BPS.
medcom.id, Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melepas petugas Sensus Ekonomi 2016 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Pria yang akrab disapa Ahok ini tak ingin hasil sensus tidak akurat. Hasil sensus nantinya menjadi pegangan pengambilan keputusan kepala daerah.
"Saya tak ingin di lapangan (hasilnya) ngarang. Karena kan ditargetin," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (28/4/2016).
Gubernur DKI Jakarta melepas petugas Sensus Ekonomi 2016/Damar Iradat
Hasil sensus yang melenceng, kata Ahok, bisa memengaruhi dirinya mengambil kebijakan. Apalagi, sensus ekonomi dianggap sebagai salah satu bentuk pengawasan pajak.
"Kalau salah, kami yang buat kebijakan jadi salah total. Ini buat siapa? Buat kebaikan saudara juga. Jadi, buat hal ini harus buat saya dan kebaikan keluarga dan bangsa saya," tegas dia.
Mantan politikus Golkar dan Gerindra ini mengingatkan petugas harus ekstra sabar menghadapi warga Jakarta. Ahok mengaku paham tabiat warganya yang sulit ditanya-tanya.
"Kesabarannya harus jauh lebih tinggi dibandingkan kesabaran saya, jangan tidak sabar," tuturnya.
Sensus Ekonomi penting dalam menghadapi MEA/MTVN/Husen Miftahudin
Ahok berharap petugas sensus tidak sembarangan bekerja. Apalagi, sebelum bertugas petugas diminta bersumpah.
Sensus Ekonomi dilaksanakan untuk mendapatkan informasi potret utuh perekonomian bangsa, sebagai landasan penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional maupun regional.
Pendataan seluruh sektor usaha secara menyeluruh (selain sektor pertanian) akan mampu menghasilkan gambaran lengkap tentang level dan struktur ekonomi non-pertanian, berikut informasi dasar dan karakteristiknya. Selain itu, akan diketahui pula daya saing bisnis di Indonesia, serta penyediaan kebutuhan informasi usaha.
Secara nasional, petugas sensus diberi waktu dari 1-31 Mei 2016 untuk bekerja. Dalam rentang sebulan ini lah petugas harus mendapat data akurat. Sebab, nantinya, seluruh data nasional akan berpusat pada satu pintu, yakni BPS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)