Jakarta: Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menyebutkan biaya hidup tinggi menjadi faktor menurunnya jumlah pendatang baru atau warga yang merantau ke Jakarta, setelah Lebaran Idulfitri 1445/2024. Sehingga, para pemudik enggan membawa keluarga mereka mengadu nasib di Ibu Kota.
"Banyak pemudik sekarang tidak mau membawa keluarga lagi ke Jakarta karena mereka sendiri sudah tertekan dengan biaya hidup, makin lama makin mahal," kata Yayat saat dikutip dari Antara, Kamis, 18 April 2024.
Yayat menjelaskan biaya makan di Jakarta diperkirakan mencapai Rp3 juta per bulan. Angka tersebut belum termasuk kebutuhan lainnya.
Terlebih, gaji para pekerja di Jakarta yang rata-rata sekitar Rp4 jutaan. Sehingga akan memilih hidup di kos atau kontrakan murah.
"Apalagi yang masih bujangan dari kampung itu satu indekos atau kontrakan bisa lima orang untuk menghemat biaya," ungkap dia.
Jika tetap membawa saudara, Yayat menilai para pendatang bakal tinggal di daerah sekitar Ibu Kota. Mereka masih bisa bekerja di Jakarta dengan kemudahan transportasi.
"Mereka masih bisa menggunakan sepeda motor, KRL hingga bus daripada mereka tinggal di Jakarta," ujar dia.
Sebelumnya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta menjelaskan tren jumlah pendatang pasca Lebaran selama empat tahun terakhir. Pada 2020, 24.043 tercatat tiba di DKI.
Kemudian, turun menjadi 20.046 pendatang pada 2021. Lalu, jumlah pendatang sempat meningkat menjadi 27.478 orang pada 2022 dan kembali turun menjadi 25.918 pendatang pada 2023.
Kepala Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta Budi Awaludin memperkirakan jumlah pendatang baru ke Jakarta akan menurun jika dibandingkan dengan 2023. Yakni, hanya 10.000-15.000 pendatang.
Jakarta: Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menyebutkan biaya hidup tinggi menjadi faktor menurunnya jumlah
pendatang baru atau warga yang merantau ke Jakarta, setelah
Lebaran Idulfitri 1445/2024. Sehingga, para pemudik enggan membawa keluarga mereka mengadu nasib di Ibu Kota.
"Banyak pemudik sekarang tidak mau membawa keluarga lagi ke Jakarta karena mereka sendiri sudah tertekan dengan biaya hidup, makin lama makin mahal," kata Yayat saat dikutip dari
Antara, Kamis, 18 April 2024.
Yayat menjelaskan biaya makan di
Jakarta diperkirakan mencapai Rp3 juta per bulan. Angka tersebut belum termasuk kebutuhan lainnya.
Terlebih, gaji para pekerja di Jakarta yang rata-rata sekitar Rp4 jutaan. Sehingga akan memilih hidup di kos atau kontrakan murah.
"Apalagi yang masih bujangan dari kampung itu satu indekos atau kontrakan bisa lima orang untuk menghemat biaya," ungkap dia.
Jika tetap membawa saudara, Yayat menilai para pendatang bakal tinggal di daerah sekitar Ibu Kota. Mereka masih bisa bekerja di Jakarta dengan kemudahan transportasi.
"Mereka masih bisa menggunakan sepeda motor, KRL hingga bus daripada mereka tinggal di Jakarta," ujar dia.
Sebelumnya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta menjelaskan tren jumlah pendatang pasca Lebaran selama empat tahun terakhir. Pada 2020, 24.043 tercatat tiba di DKI.
Kemudian, turun menjadi 20.046 pendatang pada 2021. Lalu, jumlah pendatang sempat meningkat menjadi 27.478 orang pada 2022 dan kembali turun menjadi 25.918 pendatang pada 2023.
Kepala Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta Budi Awaludin memperkirakan jumlah pendatang baru ke Jakarta akan menurun jika dibandingkan dengan 2023. Yakni, hanya 10.000-15.000 pendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ABK)