Ilustrasi--Penyandang disabilitas dari komunitas netra dan pengguna kursi roda mencoba melewati besi penghalang saat melakukan aksi pemantauan fasilitas akses pejalan kaki atau pendestrian untuk disabilitas di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (30/8)--AN
Ilustrasi--Penyandang disabilitas dari komunitas netra dan pengguna kursi roda mencoba melewati besi penghalang saat melakukan aksi pemantauan fasilitas akses pejalan kaki atau pendestrian untuk disabilitas di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (30/8)--AN

Ibu Kota belum Ramah Disabilitas

Media Indonesia • 31 Agustus 2017 12:27
medcom.id, Jakarta: Catur Sigit Nugroho, 35, tampak kesulitan membelokkan kursi rodanya di atas trotoar, ketika hendak memasuki Jalan Kebon Sirih dari arah Jalan H Agus Salim, Jakarta Pusat. Berkali-kali ia mencoba, berkali-kali pula ia gagal.
 
Kursi rodanya tidak bisa melewati tiang-tiang pengaman kendaraan (bollard) setinggi 1 meter lebih. "Enggak bisa masuk saya. Enggak muat," keluhnya, Rabu 30 Agustus 2017.
 
Beruntung seseorang membantu Catur mendorong kursi roda untuk melintas di trotoar. Wajah Catur tampak kelelahan setelah itu. Dirinya mempertanyakan mengapa kursi roda yang sudah ia modifikasi dari lebar 80 cm menjadi 65 cm tetap tidak bisa menembus tiang-tiang bollard.

Baca: Penyandang Disabilitas Sambangi Kantor Kementerian di Merdeka Barat
 
Catur sendiri memodifikasi kursi rodanya supaya bisa bergerak lebih lincah. Namun, setelah kursi dimodifikasi, dirinya tetap tidak leluasa menggunakan fasilitas trotoar. "Sudah dikecilin 15 cm tetap tidak muat," kata dia.
 
Bukan hanya di kawasan Jakarta Pusat, Catur yang tinggal di Jakarta Timur juga kerap kesulitan mengakses trotoar, misalnya di Jalan Dewi Sartika.
 
Di sana, dirinya harus bersaing dengan pengendara motor yang nekat mengokupasi trotoar lantaran tidak ada bollard. "Di Tanah Abang lebih parah lagi. Saingan saya kambing sekarang yang dijual di atas trotoar," kelakarnya.
 
Kesulitan serupa dirasakan Ariani Soekanwo, 71, penyandang tunanetra, saat mencoba meraba yellow line (ubin penunjuk) di Jalan H Agus Salim atau Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
 
Wanita yang juga Ketua Gaun (Gerakan Aksesibilitas Nasional) itu keheranan saat yellow line terputus di tengah jalan. "Lo kok hilang? Saya ke mana nih?" kata dia kebingungan.
 
Lima penyandang tunanetra lainnya juga kebingungan saat menelusuri Jalan Kebon Sirih ke arah Balai Kota DKI Jakarta di sisi kiri dari arah Tanah Abang.
 
"Nah, di sini malah enggak ada petunjuk sama sekali," kata salah satu di antara penyandang tunanetra. Terpaksa mereka berjalan saling memegang pundak.
 
Berdasarkan pantauan Media Indonesia, trotoar di sekitar Jalan Sabang memang tidak ramah penyandang disabilitas.
 
Di beberapa titik yellow line terputus. Pengerjaan proyek di samping Max One Hotel, misalnya, menyebabkan yellow line lenyap lantaran keluar masuk kendaraan proyek.
 
"Ada trotoar yang digunakan untuk parkir, lalu ada yellow line yang teksturnya sudah tak teraba, trotoar yang berlubang, dan masih banyak lagi," kata Ariani.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan