Ilustrasi: Keluarga pengungsi asal Afghanistan mendirikan tenda seadanya di trotoar jalan dekat Gedung UNHCR, Jalan Kebon Sirih I, Jakarta Pusat. Foto: MI/Sri Utami.
Ilustrasi: Keluarga pengungsi asal Afghanistan mendirikan tenda seadanya di trotoar jalan dekat Gedung UNHCR, Jalan Kebon Sirih I, Jakarta Pusat. Foto: MI/Sri Utami.

Keberadaan Ratusan Pengungsi di Trotoar Kalideres Dikeluhkan

Nicky Widadio • 15 Maret 2018 09:19
Jakarta: Kehadiran ratusan pengungsi yang mengokupasi Jalan Peta Selatan, Kalideres, Jakarta Barat, dinilai warga sangat mengganggu. Para pengungsi yang hidup di atas trotoar di sekitar Rumah Detensi Imigrasi selama berbulan-bulan itu kerap mengakibatkan kemacetan.
 
Sebagian pengungsi asal Sudan, Somalia, dan Afghanistan itu duduk-duduk di trotoar pertokoan kawasan tersebut. Sebagian lainnya berbaring. Menjelang siang, arus kendaraan di sepanjang 300 meter Jalan Peta Selatan tersendat.
 
Mustafa, Ketua RT 007 RW 011 Kelurahan Kalideres, mengaku warga sudah sejak lama mengeluhkan hal itu. Namun, atas dasar rasa kemanusiaan, warga urung mengajukan protes atas keberadaan mereka. Padahal, warga yang semula iba sudah jengkel dengan perilaku pengungsi.

"Lama-kelamaan bukan malah berkurang, jumlahnya makin bertambah. Dari rasa kasihan sampai menyebalkan dan membosankan," jelas Mustofa saat ditemui di area trotoar pengungsian tepat di depan Rumah Detensi Imigrasi Jakarta Barat, Rabu, 15 Maret 2018.
 
Keluhan yang tercatat olehnya datang dari warga RT 010/01, RT 07/011, dan RT 06/03. Pada pagi hari, ujar dia, anak-anak yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki kesulitan melintas karena trotoar dipadati para pengungi. Mereka pun harus turun ke bahu jalan untuk melintas.
 
Selain itu, para pengungsi dinilai warga tidak menjaga kebersihan dengan membuang kotoran sembarangan. "Mandi, cuci baju, dan buang air besar biasanya mereka di WC-WC milik masyarakat tanpa permisi. Sering juga di masjid dan musala. Pagi, siang sore, dan malam."
 
Namun, warga pun kesulitan untuk berkomunikasi dengan para pengungsi sehingga keluhan mereka atas kondisi itu tidak bisa tersampaikan. "Kalau dimarahin, mereka tidak mengerti bahasa kita," imbuh Mustofa.
 
Mustofa berharap Pemkot Jakarta Barat segera membenahi hal ini. Ia mengaku pertemuan membahas soal ini sudah sudah digelar berkali-kali di tingkat kelurahan dan kecamatan. Namun, tidak ada hasil.
 
Sementara itu, wajah jalan protokol Peta Selatan kian berantakan. "Kami, warga, ingin sekali hal ini cepat-cepat direspons. Jangan datang lagi, datang lagi. Kalau datang lagi, kita bisa lebih brutal lagi," pungkas dia.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan