Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan (Foto:Antara/Budi Candra Setya)
Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan (Foto:Antara/Budi Candra Setya)

Satgas Tinombala Gunakan Teknologi Canggih Pantau Kelompok Santoso

Dheri Agriesta • 20 Juli 2016 11:07
medcom.id, Jakarta: Satuan Tugas Operasi Tinombala diketahui menggunakan teknologi canggih untuk memantau pergerakan kelompok Mujahidin Indonesia Timur hingga melumpuhkan pimpinanya Santoso. Teknologi itu menjadi alat untuk menumpas jaringan Santoso hingga ke akarnya.
 
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, operasi Tinombala dilakukan sejak awal tahun. Luhut menjelaskan, operasi ini awalnya didominasi Polri dengan bantuan TNI.
 
Tapi, seiring perjalanan waktu, TNI mulai ikut di baris depan. Kontak senjata antara anggota Satgas Operasi Tinombala dan kelompok bersenjata Santoso membuahkan hasil.
 
"Operasi ini cukup baik, kami sudah menggunakan teknologi canggih untuk memantau ini," kata Luhut di Kantor Kemenkopolhukan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016).
 
Meski begitu, Luhut tak merinci teknologi yang digunakan dalam operasi ini. Pemerintah akan mengembangkan penggunaan teknologi dalam penumpasan terorisme.
 
Tak hanya kelompok Santoso, Pemerintah serius memberangus semua teroris. Pemerintah tak pernah main-main dan kematian Santoso tidak mengendurkan kesiagaan Pemerintah.
 
"Di Jawa dan NTB masih ada masalah sendiri. Ini jadi perhatian kita semua," kata Luhut.
 
Pengawasan di Daerah Sensitif
 
Ledakan bom bunuh diri kerap terjadi di beberapa kota Pulau Jawa. Serangan terakhir terjadi di Mapolres Surakarta. Sebuah bom bunuh diri meledak di halaman parkir sehari sebelum Idul Fitri. Ledakan menewaskan pelaku dan melukai beberapa anggota polisi yang bertugas.
 
Luhut mengatakan, operasi di daerah Solo Raya semakin baik. Pemerintah telah memperluas pengawasan ke daerah lain yang dianggap sensitif.
 
"Kita kembangkan ke beberapa daerah sensitif lain. Kami berharap bisa meminimalisir ancaman teroris. Saya tidak berani bilang kita imun, itu hampir tidak mungkin," kata Luhut.
 
Luhut tak berani mengatakan Indonesia sudah benar-benar aman. Sebab, serangan yang terjadi di kota besar dunia menunjukkan pelaku serangan tak ada di daftar buronan teroris.
 
"Seperti serangan di Kota Nice, Perancis itu pelakunya tak masuk ke daftar teroris, demikian juga serangan di kereta api Jerman," ujar Luhut.
 
Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan, alat keamanan di daerah terus dimanfaatkan untuk memonitor setiap pergerakan yang ada. Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan masyarakat dimanfaatkan sebagai telinga dan mata Pemerintah untuk memantau pergerakan kelompok radikal.
 
"Walau saya dituduh jadi milteristik, semua perangkat yang bisa kita gunakan untuk membuat kita nyaman ya kita gunakan," kata Luhut.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan