Jakarta: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengaku mendapat masukan saat menghadiri konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Penggunaan istilah radikalisme perlu diperhatikan lantaran tak selalu berhubungan dengan terorisme.
"Ada masukan positif ya saat saya bicara masalah radikalisme, itu kan satu terminologi yang sudah mendunia nah kami dikoreksi hati-hati menggunakan istilah radikal," beber Suhardi di kantor Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Selasa, 3 Juli 2018.
Masukan itu disampaikan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pertemuan di New York, Amerika Serikat. Terminologi radikalisme, beber Suhardi, dipakai oleh dunia global dan penafsirannya ada yang mengandung perspektif positif.
BNPT bakal terus mensosialisasikan terminologi radikal. Selain dalam forum diskusi, ia juga mengimbau media massa agar lebih jeli dalam menempatkan istilah tersebut.
(Baca juga: Jokowi: Penyebaran Radikalisme Sudah Sangat Mengkhawatirkan)
"Radikal itu juga ada terminologi positif ya. Kemarin di New York sidang PBB kami berdiskusi bersama beberapa sekretaris jenderal PBB mereka mengapresiasi apa yang dikerjakan Indonesia," ungkap dia.
Lebih lanjut, Suhardi memastikan, BNPT bakal terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen terus dijalankan untuk meningkatkan kinerja menjaga keamanan dan kedamaian mulai pencegahan, penindakan dan deradikalisasi terorisme.
"Tidak ada sejengkal tanah pun di republik ini tempat berkembangnya para terorisme. Marwah bangsa ini jangan sampai hancur hanya segelintir orang yang ingin bangsa ini kembali bercerai berai," tegas dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/9K54aDnk" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengaku mendapat masukan saat menghadiri konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Penggunaan istilah radikalisme perlu diperhatikan lantaran tak selalu berhubungan dengan terorisme.
"Ada masukan positif ya saat saya bicara masalah radikalisme, itu kan satu terminologi yang sudah mendunia nah kami dikoreksi hati-hati menggunakan istilah radikal," beber Suhardi di kantor Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Selasa, 3 Juli 2018.
Masukan itu disampaikan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pertemuan di New York, Amerika Serikat. Terminologi radikalisme, beber Suhardi, dipakai oleh dunia global dan penafsirannya ada yang mengandung perspektif positif.
BNPT bakal terus mensosialisasikan terminologi radikal. Selain dalam forum diskusi, ia juga mengimbau media massa agar lebih jeli dalam menempatkan istilah tersebut.
(Baca juga:
Jokowi: Penyebaran Radikalisme Sudah Sangat Mengkhawatirkan)
"Radikal itu juga ada terminologi positif ya. Kemarin di New York sidang PBB kami berdiskusi bersama beberapa sekretaris jenderal PBB mereka mengapresiasi apa yang dikerjakan Indonesia," ungkap dia.
Lebih lanjut, Suhardi memastikan, BNPT bakal terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen terus dijalankan untuk meningkatkan kinerja menjaga keamanan dan kedamaian mulai pencegahan, penindakan dan deradikalisasi terorisme.
"Tidak ada sejengkal tanah pun di republik ini tempat berkembangnya para terorisme. Marwah bangsa ini jangan sampai hancur hanya segelintir orang yang ingin bangsa ini kembali bercerai berai," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)