medcom.id, Jakarta: Sebuah pribahasa Melayu keluar dari lisan Menkumham Yasonna Laoly ketika mengomentari bebasnya Labora Sitorus. Labora merupakan terpidana 15 tahun penjara atas kepemilikan rekening gendut senilai Rp 1,5 triliun.
"Ada jaringan ini. Loh, kok ini bisa sampai begitu, ini ada jaringan. Ini (Labora) kok masih di luar padahal keputusan MA sudah ada. Hukuman sekian tahun," kata Yasonna dalam Prime Time News Metro TV, Jumat, (6/2/2015).
Yasonna mengirimkan Dirjen Pemasyarakatan (PAS) Handoyo Sudrajat dan jajaran untuk melihat langsung lokasi di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sorong, Papua Barat. Dari hasil penelitian sementara, dugaan peran terlihat jelas dilakukan oknum tertentu.
"Kita terpaksa perintahkan dirjen untuk meneliti itu. Ada apa? Setelah kita dengar-dengar, wah ini tidak mungkin terjadi kalau tidak ada sesuatu," ujar Politikus PDI Perjuangan itu.
Yasonna mendengar, kurir yang mengantarkan surat pembebasan Labora pada 24 Agustus 2014 itu, mendapatkan fee sebesar Rp2 juta. "Apa iya sekecil itu? Ini dalam pepatah bahasa Melayu. Burung Tempua Bersarang Rendah. Mengapa? Ya, Karena ada apa-apanya," tukas dia.
Lebih lanjut, Yasonna sedang meneliti lebih lanjut kaburnya Labora. Menurut dia, Labora mendapatkan perlindungan yang massif. Di samping oknum aparat yang nakal, juga dari masyarakat sekitar. Hal itu, membuat pihaknya melakukan pendekatan persuasif agar tidak terjadi korban lainnya.
medcom.id, Jakarta: Sebuah pribahasa Melayu keluar dari lisan Menkumham Yasonna Laoly ketika mengomentari bebasnya Labora Sitorus. Labora merupakan terpidana 15 tahun penjara atas kepemilikan rekening gendut senilai Rp 1,5 triliun.
"Ada jaringan ini. Loh, kok ini bisa sampai begitu, ini ada jaringan. Ini (Labora) kok masih di luar padahal keputusan MA sudah ada. Hukuman sekian tahun," kata Yasonna dalam Prime Time News Metro TV, Jumat, (6/2/2015).
Yasonna mengirimkan Dirjen Pemasyarakatan (PAS) Handoyo Sudrajat dan jajaran untuk melihat langsung lokasi di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Sorong, Papua Barat. Dari hasil penelitian sementara, dugaan peran terlihat jelas dilakukan oknum tertentu.
"Kita terpaksa perintahkan dirjen untuk meneliti itu. Ada apa? Setelah kita dengar-dengar, wah ini tidak mungkin terjadi kalau tidak ada sesuatu," ujar Politikus PDI Perjuangan itu.
Yasonna mendengar, kurir yang mengantarkan surat pembebasan Labora pada 24 Agustus 2014 itu, mendapatkan fee sebesar Rp2 juta. "Apa iya sekecil itu? Ini dalam pepatah bahasa Melayu. Burung Tempua Bersarang Rendah. Mengapa? Ya, Karena ada apa-apanya," tukas dia.
Lebih lanjut, Yasonna sedang meneliti lebih lanjut kaburnya Labora. Menurut dia, Labora mendapatkan perlindungan yang massif. Di samping oknum aparat yang nakal, juga dari masyarakat sekitar. Hal itu, membuat pihaknya melakukan pendekatan persuasif agar tidak terjadi korban lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)