medcom.id, Jakarta: Terdakwa Jessica Kumala Wongso tidak mampu menahan tangis ketika membaca nota pembelaan di persidangan. Air matanya meleleh ketika mengungkapkan kondisi dirinya dan keluarga setelah Wayan Mirna Salihin meninggal.
Sejak awal kejadian, Jessica sudah menjadi perhatian publik. Sebab, dia yang memesan es kopi Vietnam yang diminum Mirna beberapa saat sebelum meregang nyawa sampai akhirnya tewas.
Apalagi, ketika muncul pernyataan kalau kopi tersebut mengandung sianida, meskipun belum diketahui pasti kapan racun itu tercampur.
"Keluarga saya dipojokkan dan dibuat menderita. Saya bingung harus berbuat apa," ujar Jessica di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2016).
Jessica memastikan dirinya tidak memasukkan apapun ke dalam kopi Mirna. Jessica berharap bisa melakukan sesuatu untuk meyakinkan banyak orang. Tapi, sulit.
Jessica hanya bisa menjalani semua kondisi dan perlakuan terhadapnya. "Apa yang bisa saya lakukan yang bisa mengubah semuanya. Dalam waktu yang cukup lama saya tidak bisa membela diri," ucap Jessica.
Bagi Jessica, mimpi buruk dia dan keluarganya dimulai ketika mulai terseret kasus kematian Mirna. Dari beberapa kali diperiksa polisi sebagai saksi sampai akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Sejak itu banyak pihak yang mulai memojokkan dirinya, termasuk orang-orang dekat.
"Berselisih dengan saudara dan membuat tetangga terganggu. Banyak orang berdatangan, wartawan berdatangan," ungkapnya.
Ketika polisi menangkap Jessica di sebuah hotel kawasan Jakarta Utara, ia juga menuai banyak tudingan. Keberadaannya di hotel bersama keluarga disebut-sebut ingin bersembunyi, bahkan melarikan diri. "Saat itu kami hanya mencari kenyamanan dan ketenangan," ujar Jessica.
Jessica mengaku sangat simpati terhadap Mirna. Baginya, Mirna sosok yang baik, ramah, dan jujur.
"Mirna juga humoris, kreatif, dan pandai."
Jessica sangat terkejut ketika banyak yang menuduh dirinya sebagai pembunuh Mirna. Jessica tak habis pikir, terutama keluarga Mirna memperlakukan dirinya seolah pembunuh Mirna.
Jessica ketika itu sempat berpikir, sikap keluarga Mirna itu lebih karena tengah berduka.
"Bagaimanapun juga saya tidak bunuh Mirna. Jadi seharusnya tidak ada alasan memperlakukan saya seperti sampah. Saya mengerti kesedihannya, saya pun merasa kehilangan," ujar Jessica.
"Yang mulia (hakim) saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan ini," tambah Jessica.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/ObzBXYeb" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Terdakwa Jessica Kumala Wongso tidak mampu menahan tangis ketika membaca nota pembelaan di persidangan. Air matanya meleleh ketika mengungkapkan kondisi dirinya dan keluarga setelah Wayan Mirna Salihin meninggal.
Sejak awal kejadian, Jessica sudah menjadi perhatian publik. Sebab, dia yang memesan es kopi Vietnam yang diminum Mirna beberapa saat sebelum meregang nyawa sampai akhirnya tewas.
Apalagi, ketika muncul pernyataan kalau kopi tersebut mengandung sianida, meskipun belum diketahui pasti kapan racun itu tercampur.
"Keluarga saya dipojokkan dan dibuat menderita. Saya bingung harus berbuat apa," ujar Jessica di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2016).
Jessica memastikan dirinya tidak memasukkan apapun ke dalam kopi Mirna. Jessica berharap bisa melakukan sesuatu untuk meyakinkan banyak orang. Tapi, sulit.
Jessica hanya bisa menjalani semua kondisi dan perlakuan terhadapnya. "Apa yang bisa saya lakukan yang bisa mengubah semuanya. Dalam waktu yang cukup lama saya tidak bisa membela diri," ucap Jessica.
Bagi Jessica, mimpi buruk dia dan keluarganya dimulai ketika mulai terseret kasus kematian Mirna. Dari beberapa kali diperiksa polisi sebagai saksi sampai akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Sejak itu banyak pihak yang mulai memojokkan dirinya, termasuk orang-orang dekat.
"Berselisih dengan saudara dan membuat tetangga terganggu. Banyak orang berdatangan, wartawan berdatangan," ungkapnya.
Ketika polisi menangkap Jessica di sebuah hotel kawasan Jakarta Utara, ia juga menuai banyak tudingan. Keberadaannya di hotel bersama keluarga disebut-sebut ingin bersembunyi, bahkan melarikan diri. "Saat itu kami hanya mencari kenyamanan dan ketenangan," ujar Jessica.
Jessica mengaku sangat simpati terhadap Mirna. Baginya, Mirna sosok yang baik, ramah, dan jujur.
"Mirna juga humoris, kreatif, dan pandai."
Jessica sangat terkejut ketika banyak yang menuduh dirinya sebagai pembunuh Mirna. Jessica tak habis pikir, terutama keluarga Mirna memperlakukan dirinya seolah pembunuh Mirna.
Jessica ketika itu sempat berpikir, sikap keluarga Mirna itu lebih karena tengah berduka.
"Bagaimanapun juga saya tidak bunuh Mirna. Jadi seharusnya tidak ada alasan memperlakukan saya seperti sampah. Saya mengerti kesedihannya, saya pun merasa kehilangan," ujar Jessica.
"Yang mulia (hakim) saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan ini," tambah Jessica.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(FZN)