Jakarta: Eks Inspektur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Doddy Setiadi mengungkapkan temuan usai mengecek BTS yang sudah jadi. Hanya 1.112 BTS rampung per Maret 2022 dari target 4.200 BTS.
"Ada yang tumpang tindih," kata Doddy saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 2 Agustus 2023.
Doddy menjelaskan tumpang tindih berarti ada sinyal 4G yang bentrok dengan sinyal dari BTS di sekitar wilayah itu. Kekuatan sinyal seharusnya tidak lebih dari -105 dBm (satuan kuat sinyal desibel miliwatt).
"Ada persetujuan operator seluler yang existing di sana, jadi aturan terkait batas -105 dBm supaya tidak ada intervensi," ujar dia.
Doddy menyebut temuan lainnya, yakni ada aliran sinyal BTS yang tidak maksimal. Namun pihaknya langsung menemukan solusi.
"Kebetulan ada yang tertutup pohon kelapa dan menutupi sinar ke panel solar. Setelah itu saya minta tolong pohonnya ditebang," papar dia.
Lantas, jaksa penuntut umum (JPU) memastikan apakah Doddy memeriksa 1.112 BTS yang sudah terbangun. Doddy menjawab hanya mengecek sampel BTS karena keterbatasan anggaran.
"Tapi sampel kami bebas, tidak diarahkan lokasi dan waktunya sesuai yang dianggarkan," jelas dia.
Doddy menuturkan selama ini inspektorat jenderal berupaya mengawasi dari jauh. Caranya menggunakan alat yang bernama sistem manajemen aset (AMS). Sistem itu terdapat kamera pemantau (CCTV) untuk mengawasi progres pembangunan BTS.
Jakarta: Eks Inspektur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kominfo) Doddy Setiadi mengungkapkan temuan usai mengecek BTS yang sudah jadi. Hanya 1.112 BTS rampung per Maret 2022 dari target 4.200
BTS.
"Ada yang tumpang tindih," kata Doddy saat bersaksi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 2 Agustus 2023.
Doddy menjelaskan tumpang tindih berarti ada sinyal 4G yang bentrok dengan sinyal dari BTS di sekitar wilayah itu. Kekuatan
sinyal seharusnya tidak lebih dari -105 dBm (satuan kuat sinyal desibel miliwatt).
"Ada persetujuan operator seluler yang existing di sana, jadi aturan terkait batas -105 dBm supaya tidak ada intervensi," ujar dia.
Doddy menyebut temuan lainnya, yakni ada aliran sinyal BTS yang tidak maksimal. Namun pihaknya langsung menemukan solusi.
"Kebetulan ada yang tertutup pohon kelapa dan menutupi sinar ke panel solar. Setelah itu saya minta tolong pohonnya ditebang," papar dia.
Lantas, jaksa penuntut umum (JPU) memastikan apakah Doddy memeriksa 1.112 BTS yang sudah terbangun. Doddy menjawab hanya mengecek sampel BTS karena keterbatasan anggaran.
"Tapi sampel kami bebas, tidak diarahkan lokasi dan waktunya sesuai yang dianggarkan," jelas dia.
Doddy menuturkan selama ini inspektorat jenderal berupaya mengawasi dari jauh. Caranya menggunakan alat yang bernama sistem manajemen aset (AMS). Sistem itu terdapat kamera pemantau (CCTV) untuk mengawasi progres pembangunan BTS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)