medcom.id, Jakarta: Masyarakat moderat diminta vokal berbicara melawan aksi terorisme yang terjadi di Indonesia. Selama ini, masyarakat moderat dinilai masih berdiam diri dalam menyikapi aksi radikal ini.
"Kita ingin kawan yang moderat vokal, bicara. Jangan kalah dengan mereka yang buat gaduh. Mari lebih aktif angkat bicara," kata Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Komarudin Hidayat di Jakarta, Jumat (15/1/2015).
Komarudin ingin seluruh kelompok masyarakat, aktivis, pengusaha, dan pemuka agama dapat bersama-sama menjaga perdamaian. Sehingga, dapat melawan masuknya paham radikal. "Juga mari bersama-sama berupaya meluruskan pemahaman berbangsa serta menangkal konspirasi menyesatkan agar peristiwa seperti ini tidak berulang kembali," tukas dia.
Pemuka Agama, Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa tidak ada agama yang membenarkan ada aksi terorisme dengan melakukan pembunuhan terhadap orang lain. Jika pun ada, maka ia memandang bahwa orang tersebut telah keluar dari paham agamanya.
"Jadi pemuka agama sendiri harus mengatakan, membunuh orang apalagi atas nama Tuhan kamu sudah out (kular dari agamanya)," tegas Franz.
Lebih lanjut, Franz meminta kepada pemerintah, para ulama dan politikus memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa tindakan terorisme merupakan perilaku menyesatkan. Serta, dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat agar tidak timbul rasa takut terhadap aksi terorisme.
"Jangan memberikan satu ruang (kepada terorisme) untuk menghancurkan negeri ini," kata dia.
Peristiwa teror dan serangan bersenjata terjadi di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, kemarin. Diawali ledakan bom di dalam gerai kopi Starbucks di Gedung Djakarta Theater, teror meluas ke tengah jalan. Terhitung lima kali ledakan bom dalam drama berdarah hampir 15 menit itu.
Lima dari tujuh korban tewas diketahui peneror. Dua korban lainnya masing-masing satu warga Kanada dan satu lainnya WNI.
medcom.id, Jakarta: Masyarakat moderat diminta vokal berbicara melawan aksi terorisme yang terjadi di Indonesia. Selama ini, masyarakat moderat dinilai masih berdiam diri dalam menyikapi aksi radikal ini.
"Kita ingin kawan yang moderat vokal, bicara. Jangan kalah dengan mereka yang buat gaduh. Mari lebih aktif angkat bicara," kata Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Komarudin Hidayat di Jakarta, Jumat (15/1/2015).
Komarudin ingin seluruh kelompok masyarakat, aktivis, pengusaha, dan pemuka agama dapat bersama-sama menjaga perdamaian. Sehingga, dapat melawan masuknya paham radikal. "Juga mari bersama-sama berupaya meluruskan pemahaman berbangsa serta menangkal konspirasi menyesatkan agar peristiwa seperti ini tidak berulang kembali," tukas dia.
Pemuka Agama, Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa tidak ada agama yang membenarkan ada aksi terorisme dengan melakukan pembunuhan terhadap orang lain. Jika pun ada, maka ia memandang bahwa orang tersebut telah keluar dari paham agamanya.
"Jadi pemuka agama sendiri harus mengatakan, membunuh orang apalagi atas nama Tuhan kamu sudah out (kular dari agamanya)," tegas Franz.
Lebih lanjut, Franz meminta kepada pemerintah, para ulama dan politikus memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa tindakan terorisme merupakan perilaku menyesatkan. Serta, dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat agar tidak timbul rasa takut terhadap aksi terorisme.
"Jangan memberikan satu ruang (kepada terorisme) untuk menghancurkan negeri ini," kata dia.
Peristiwa teror dan serangan bersenjata terjadi di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, kemarin. Diawali ledakan bom di dalam gerai kopi Starbucks di Gedung Djakarta Theater, teror meluas ke tengah jalan. Terhitung lima kali ledakan bom dalam drama berdarah hampir 15 menit itu.
Lima dari tujuh korban tewas diketahui peneror. Dua korban lainnya masing-masing satu warga Kanada dan satu lainnya WNI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)