Jakarta: Komisi Kepolisian Indonesia (Kompolnas) menilai penggunaan poligraf dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (J) bermanfaat. Meskipun, teknologi itu menuai kritik
"Sekecil apapun (fungsi poligraf), tetap ada manfaatnya," kata Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Poligraf, Kartu Mati Sambo dan PC?’ Minggu, 18 Desember 2022.
Albertus mafhum ada berbagai kritik soal akurasi poligraf. Meski begitu, Kompolnas akan tetap mendukung pemanfaatan teknologi untuk membuat duduk perkara jelas. Namun, harus tetap sesuai kaidah ilmiah.
"Soal kemudian jadi alat yang signifikansinya berapa persen, biar hakim yang ambil keputusan," ujar dia.
Sebelumnya, pakar psikologi forensik Reza Indragiri menilai hasil poligraf bisa diabaikan. Bahkan, alat yang digunakan kepada terdakwa Ferdy Sambo cs itu dinilai bukan teknologi.
"Saya memandang poligraf sebagai pseudo science (sains semu)," kata Reza.
Reza mengatakan kebohongan ialah kesenjangan antara pernyataan dan kenyataan. Sayangnya, poligraf memiliki masalah mendasar berupa tidak tahu kenyataan seperti apa.
"Alat ini sebatas membandingkan antara pernyataan dengan respons fisiologis manusia," papar dia.
Jakarta: Komisi Kepolisian Indonesia (
Kompolnas) menilai penggunaan
poligraf dalam kasus
pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (J) bermanfaat. Meskipun, teknologi itu menuai kritik
"Sekecil apapun (fungsi poligraf), tetap ada manfaatnya," kata Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto dalam diskusi virtual
Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Poligraf, Kartu Mati Sambo dan PC?’ Minggu, 18 Desember 2022.
Albertus mafhum ada berbagai kritik soal akurasi poligraf. Meski begitu, Kompolnas akan tetap mendukung pemanfaatan teknologi untuk membuat duduk perkara jelas. Namun, harus tetap sesuai kaidah ilmiah.
"Soal kemudian jadi alat yang signifikansinya berapa persen, biar hakim yang ambil keputusan," ujar dia.
Sebelumnya, pakar psikologi forensik Reza Indragiri menilai hasil poligraf bisa diabaikan. Bahkan, alat yang digunakan kepada terdakwa Ferdy Sambo cs itu dinilai bukan teknologi.
"Saya memandang poligraf sebagai
pseudo science (sains semu)," kata Reza.
Reza mengatakan kebohongan ialah kesenjangan antara pernyataan dan kenyataan. Sayangnya, poligraf memiliki masalah mendasar berupa tidak tahu kenyataan seperti apa.
"Alat ini sebatas membandingkan antara pernyataan dengan respons fisiologis manusia," papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)