Jakarta: Indonesia Corruption Watch (ICW) mengkritik perlakuan istimewa Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Karyoto kepada Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna. Agung memenuhi panggilan penyidik terkait dugaan suap proyek air minum di Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2017-2018.
"ICW merekomendasikan kepada pimpinan dan dewan pengawas untuk segera menegur dan mengevaluasi tindakan dari Deputi Penindakan tersebut," kata pengamat ICW Kurnia Ramadhana di Jakarta, Selasa, 8 Desember 2020.
Karyoto menjemput Agung di lobi gedung KPK. Kurnia menilai penjemputan Agung melanggar etik.
Kurnia mengungkapkan praktik serupa pernah dilakukan Ketua KPK Firli Bahuri saat masih menjabat sebagai deputi penindakan. Firi menjemput Wakil Ketua BPK Bahrullah Akbar pada 8 Agustus 2018.
"Didampingi oleh Kabag Pengamanan dan menggunakan lift khusus di KPK," beber Kurnia.
Agung Firman Sampurna menjadi saksi meringankan untuk mantan anggota BPK Rizal Djalil. Agung meminta masyarakat tidak menghujat Rizal terlalu keras. Pasalnya, belum ada putusan pengadilan yang sah untuk Rizal.
"Saya ingin menyampaikan bahwasannya kami menyampaikan rasa prihatin yang mendalam terhadap kasus yang dialami oleh Rizal Djalil dan berharap agar beliau tetap sabar dan tegar dalam memperjuangkan hak-haknya," kata Agung usai pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Selasa, 8 Agustus 2020.
Suap terjadi saat Direktur SPAM Kementerian PUPR mendapat pesan permintaan uang terkait pemeriksaan oleh BPK senilai Rp2,3 miliar. Rizal menginformasikan bakal ada satu pihak yang mewakilinya bertemu Direktur SPAM Kementerian PUPR.
Perwakilan Rizal selanjutnya datang dan menyampaikan ingin ikut serta dalam pelaksanaan/kegiatan proyek di lingkungan Direktorat SPAM. Proyek yang diminati ialah proyek SPAM Jaringan Distribusi Utama (JDU) Hongaria dengan pagu anggaran Rp79,27 miliar. Permintaan itu disanggupi, proyek SPAM Hongaria dikerjakan PT Minarta Dutahutama.
Sebagai timbal balik, Leonardo melalui perantara menyampaikan akan menyerahkan uang Rp1,3 miliar dalam bentuk dolar Singapura untuk Rizal. Uang SDG100.000 dalam pecahan SGD1.000 diserahkan kepada Rizal melalui salah satu pihak keluarga di parkiran sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.
Jakarta: Indonesia Corruption Watch (ICW) mengkritik perlakuan istimewa Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK) Karyoto kepada Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (
BPK) Agung Firman Sampurna. Agung memenuhi panggilan penyidik terkait dugaan suap proyek air minum di Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2017-2018.
"ICW merekomendasikan kepada pimpinan dan dewan pengawas untuk segera menegur dan mengevaluasi tindakan dari Deputi Penindakan tersebut," kata pengamat ICW Kurnia Ramadhana di Jakarta, Selasa, 8 Desember 2020.
Karyoto menjemput Agung di lobi gedung KPK. Kurnia menilai penjemputan Agung melanggar etik.
Kurnia mengungkapkan praktik serupa pernah dilakukan Ketua KPK Firli Bahuri saat masih menjabat sebagai deputi penindakan. Firi menjemput Wakil Ketua BPK Bahrullah Akbar pada 8 Agustus 2018.
"Didampingi oleh Kabag Pengamanan dan menggunakan lift khusus di KPK," beber Kurnia.
Agung Firman Sampurna menjadi saksi meringankan untuk mantan anggota BPK Rizal Djalil. Agung meminta masyarakat tidak menghujat Rizal terlalu keras. Pasalnya, belum ada putusan pengadilan yang sah untuk Rizal.
"Saya ingin menyampaikan bahwasannya kami menyampaikan rasa prihatin yang mendalam terhadap kasus yang dialami oleh Rizal Djalil dan berharap agar beliau tetap sabar dan tegar dalam memperjuangkan hak-haknya," kata Agung usai pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Selasa, 8 Agustus 2020.
Suap terjadi saat Direktur SPAM Kementerian PUPR mendapat pesan permintaan uang terkait pemeriksaan oleh BPK senilai Rp2,3 miliar. Rizal menginformasikan bakal ada satu pihak yang mewakilinya bertemu Direktur SPAM Kementerian PUPR.
Perwakilan Rizal selanjutnya datang dan menyampaikan ingin ikut serta dalam pelaksanaan/kegiatan proyek di lingkungan Direktorat SPAM. Proyek yang diminati ialah proyek SPAM Jaringan Distribusi Utama (JDU) Hongaria dengan pagu anggaran Rp79,27 miliar. Permintaan itu disanggupi, proyek SPAM Hongaria dikerjakan PT Minarta Dutahutama.
Sebagai timbal balik, Leonardo melalui perantara menyampaikan akan menyerahkan uang Rp1,3 miliar dalam bentuk dolar Singapura untuk Rizal. Uang SDG100.000 dalam pecahan SGD1.000 diserahkan kepada Rizal melalui salah satu pihak keluarga di parkiran sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)