Jakarta: Kelompok teroris telah menyusup ke organisasi masyarakat dan lembaga pemerintah. Salah satunya karena pemahaman yang salah terkait agama.
"Permasalahan di kita itu tidak ada otoritas tunggal dalam agama kita yang mengatakan bahwa ini seharusnya begini pemahamannya (paham radikal salah)," kata Eks Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisne Ansyad Mbai dalam program Crosscheck Medcom.id bertemakan MUI Disusupi JI Negara Bukan Anti Ulama, Minggu, 21 November 2021.
Dia menyebut pada umumnya kelompok ini selalu mengaitkan pemahaman terkait teroris dengan agama. Masyarakat tidak akan mencurigai keberadaan mereka karena dikaitkan dengan agama.
"Orang kalau bicara agama siapa yang mau curiga. Cuma banyak yang akhirnya kurang menyadari bahwa ini akhirnya sudah menyimpang," kata dia.
Baca: Eks Kepala BNPT: Strategi JI Berkembang, Tak Hanya Sekedar Jihad Militer
Padahal, sudah ada kesepakatan Konferensi Internasional Al-Azhar pada 2020. Kegiatan yang diikuti pemuka agama dari berbagai belahan dunia itu menegaskan paham radikal adalah salah.
"Bahwa ideologi ekstrimisme itu adalah paham penyesatan pemahaman terhadap agama," kata dia.
Tidak adanya lembaga otoritas tersebut membuat kelompok radikal mudah menyusup ke berbagai lembaga. Salah satunya, Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Ada juga hasil penelitian survei yang dilakukan lembaga independen atau negara, menyatakan rata-rata ANS itu 19,6 persen sudah terpapar," ujar dia.
Jakarta: Kelompok
teroris telah menyusup ke organisasi masyarakat dan lembaga pemerintah. Salah satunya karena pemahaman yang salah terkait agama.
"Permasalahan di kita itu tidak ada otoritas tunggal dalam agama kita yang mengatakan bahwa ini seharusnya begini pemahamannya (paham
radikal salah)," kata Eks Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisne Ansyad Mbai dalam program Crosscheck Medcom.id bertemakan MUI Disusupi JI Negara Bukan Anti Ulama, Minggu, 21 November 2021.
Dia menyebut pada umumnya kelompok ini selalu mengaitkan pemahaman terkait
teroris dengan agama. Masyarakat tidak akan mencurigai keberadaan mereka karena dikaitkan dengan agama.
"Orang kalau bicara agama siapa yang mau curiga. Cuma banyak yang akhirnya kurang menyadari bahwa ini akhirnya sudah menyimpang," kata dia.
Baca:
Eks Kepala BNPT: Strategi JI Berkembang, Tak Hanya Sekedar Jihad Militer
Padahal, sudah ada kesepakatan Konferensi Internasional Al-Azhar pada 2020. Kegiatan yang diikuti pemuka agama dari berbagai belahan dunia itu menegaskan paham radikal adalah salah.
"Bahwa ideologi ekstrimisme itu adalah paham penyesatan pemahaman terhadap agama," kata dia.
Tidak adanya lembaga otoritas tersebut membuat kelompok radikal mudah menyusup ke berbagai lembaga. Salah satunya, Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Ada juga hasil penelitian survei yang dilakukan lembaga independen atau negara, menyatakan rata-rata ANS itu 19,6 persen sudah terpapar," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(JMS)