Jakarta: Kepala Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Sulistiandriatmoko mengungkapkan alasan mengapa publik figur seperti selebritas maupun pejabat sangat mudah masuk dalam pusaran narkoba dan obat-obat terlarang.
Aksesibilitas hingga perlindungan dari orang-orang di sekitarnya memudahkan mereka mendapatkan narkoba, tentu dengan dukungan finansial yang tak dimiliki oleh masyarakat biasa.
"Karena aksesibilitas dia bisa kemana saja, bahkan bisa meminta perlindungan orang-orang di bawahnya sehingga merasa aman ketika menggunakan narkoba. Ini yang harus diantisipasi," ujarnya, melalui sambungan Skype, dalam Metro Siang, Kamis 4 Januari 2018.
Peran sebagai figur publik menurut Sulis, juga semestinya menjadi pertimbangan yang memberatkan bagi majelis hakim ketika memutuskan perkara narkoba yang masuk ke pengadilan.
Sebab, putusan pidana yang tak menimbulkan efek jera berpotensi ditiru oleh masyarakat lantaran sang idola atau figur publik yang dijadikan panutan menggunakan narkoba dan merasa bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang salah.
"Dan ini kan justru lebih menyengsarakan masyarakat. Sangat beralasan kalau hakim menjatuhkan hukuman lebih berat pada mereka," katanya.
Khusus 2018, Sulis mengatakan salah satu kebijakan yang akan dilakukan oleh BNN adalah menjadikan figur publik entah selebritas maupun pejabat sebagai target operasi dengan tujuan memberikan efek jera di luar jaringan sindikat.
Sebab, tugas pokok dan fungsi BNN sesuai dengan amanat Undang-undang adalah memutus pasokan barang haram dari jaringan sindikat narkoba baik nasional maupun internasional.
"Figur publik dan eksekutif menjadi target BNN dengan maksud memberi contoh bagi yang lain (masyarakat) sehingga menimbulkan efek jera," jelasnya.
Jakarta: Kepala Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Sulistiandriatmoko mengungkapkan alasan mengapa publik figur seperti selebritas maupun pejabat sangat mudah masuk dalam pusaran narkoba dan obat-obat terlarang.
Aksesibilitas hingga perlindungan dari orang-orang di sekitarnya memudahkan mereka mendapatkan narkoba, tentu dengan dukungan finansial yang tak dimiliki oleh masyarakat biasa.
"Karena aksesibilitas dia bisa kemana saja, bahkan bisa meminta perlindungan orang-orang di bawahnya sehingga merasa aman ketika menggunakan narkoba. Ini yang harus diantisipasi," ujarnya, melalui sambungan Skype, dalam
Metro Siang, Kamis 4 Januari 2018.
Peran sebagai figur publik menurut Sulis, juga semestinya menjadi pertimbangan yang memberatkan bagi majelis hakim ketika memutuskan perkara narkoba yang masuk ke pengadilan.
Sebab, putusan pidana yang tak menimbulkan efek jera berpotensi ditiru oleh masyarakat lantaran sang idola atau figur publik yang dijadikan panutan menggunakan narkoba dan merasa bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang salah.
"Dan ini kan justru lebih menyengsarakan masyarakat. Sangat beralasan kalau hakim menjatuhkan hukuman lebih berat pada mereka," katanya.
Khusus 2018, Sulis mengatakan salah satu kebijakan yang akan dilakukan oleh BNN adalah menjadikan figur publik entah selebritas maupun pejabat sebagai target operasi dengan tujuan memberikan efek jera di luar jaringan sindikat.
Sebab, tugas pokok dan fungsi BNN sesuai dengan amanat Undang-undang adalah memutus pasokan barang haram dari jaringan sindikat narkoba baik nasional maupun internasional.
"Figur publik dan eksekutif menjadi target BNN dengan maksud memberi contoh bagi yang lain (masyarakat) sehingga menimbulkan efek jera," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)