medcom.id, Jakarta: Klinik Elly Novita di Ciracas, Jakarta Timur, salah satu yang menjual vaksin palsu. Keuntungan besar membuat klinik ini tergiur menjual vaksin palsu.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek dan Kepala Badan Reserse Kriminal Irjen Ari Dono mendatangi Klinik Elly Novita, memintai keterangan mantan pasien dan bidan Elly.
Menurut Nila, alasan bidan menjual vaksin karena tergiur nilai ekonomi yang cukup tinggi daripada menjual vaksin PT Biofarma, distributor resmi vaksin pemerintah.
"Dia juga mengambil sebagian (vaksin Biofarma), tetapi dia menawarkan kepada para orangtua, tidak mau demam atau demam? Yang tidak demam itu yang vaksin dari impor dan itu yang dibuatkan menjadi palsu," kata Nila di Klinik Elly Novita, Jalan Centex Raya, Ciracas, Kamis (30/6/2016).
Sekali suntik vaksin palsu, Klinik Elly Novita menjual seharga Rp350 ribu. Dalam sebulan, balita dua kali vaksin. Sedangkan vaksin dari pemerintah diberikan secara gratis.
"Dia (bidan Elly) kan beli dari orang lain, saya tanya berapa modalnya dan siapa distributornya. Dia jawab tidak tahu," ujar Nila.
Pemalsuan vaksin terungkap setelah polisi menangkap J, pemilik toko Azca Medical di Bekasi. Dari keterangan J, penyidikan mengarah ke tiga yang diduga tempat peracikan vaksin palsu, yakni di Jalan Serma Hasyim, Bekasi Timur; Puri Hijau Bintaro; dan Kemang Regency, Bekasi.
Vaksin palsu diduga beredar sejak 2003 di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Tidak hanya klinik, rumah sakit swasta pun ada yang menjual vaksin palsu. Keuntungan besar dari penjualan vaksin palsu juga jadi alasan.
"Seharusnya mereka (rumah sakit) mengambil dari distributor resmi (PT Biofarma). Mungkin mereka tergiur dengan harga murah," kata Nila usai rapat dengan Komisi IX DPR, Senin 27 Juni.
medcom.id, Jakarta: Klinik Elly Novita di Ciracas, Jakarta Timur, salah satu yang menjual vaksin palsu. Keuntungan besar membuat klinik ini tergiur menjual vaksin palsu.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek dan Kepala Badan Reserse Kriminal Irjen Ari Dono mendatangi Klinik Elly Novita, memintai keterangan mantan pasien dan bidan Elly.
Menurut Nila, alasan bidan menjual vaksin karena tergiur nilai ekonomi yang cukup tinggi daripada menjual vaksin PT Biofarma, distributor resmi vaksin pemerintah.
"Dia juga mengambil sebagian (vaksin Biofarma), tetapi dia menawarkan kepada para orangtua, tidak mau demam atau demam? Yang tidak demam itu yang vaksin dari impor dan itu yang dibuatkan menjadi palsu," kata Nila di Klinik Elly Novita, Jalan Centex Raya, Ciracas, Kamis (30/6/2016).
Sekali suntik vaksin palsu, Klinik Elly Novita menjual seharga Rp350 ribu. Dalam sebulan, balita dua kali vaksin. Sedangkan vaksin dari pemerintah diberikan secara gratis.
"Dia (bidan Elly) kan beli dari orang lain, saya tanya berapa modalnya dan siapa distributornya. Dia jawab tidak tahu," ujar Nila.
Pemalsuan vaksin terungkap setelah polisi menangkap J, pemilik toko Azca Medical di Bekasi. Dari keterangan J, penyidikan mengarah ke tiga yang diduga tempat peracikan vaksin palsu, yakni di Jalan Serma Hasyim, Bekasi Timur; Puri Hijau Bintaro; dan Kemang Regency, Bekasi.
Vaksin palsu diduga beredar sejak 2003 di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Tidak hanya klinik, rumah sakit swasta pun ada yang menjual vaksin palsu. Keuntungan besar dari penjualan vaksin palsu juga jadi alasan.
"Seharusnya mereka (rumah sakit) mengambil dari distributor resmi (PT Biofarma). Mungkin mereka tergiur dengan harga murah," kata Nila usai rapat dengan Komisi IX DPR, Senin 27 Juni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)