Jakarta: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengatakan Hari Raya Nyepi dapat dimaknai sebagai bentuk pendidikan membangun karakter, integritas, dan semangat antikorupsi. Nyepi memiliki filosofi penyucian manusia, alam, dan seluruh isinya.
"Hari Nyepi semoga dapat dijadikan sarana menahan hawa nafsu, mari kita jadikan sebagai sarana intropeksi diri untuk meneguhkan nilai-nilai dan semangat antikorupsi," ujar Firli dalam keterangan tertulis, Minggu, 14 Maret 2021.
Ia mejelaskan pelaksanaan Nyepi dan Catur Bratha mengendalikan umat Hindu dalam segala hal. Sebab, esensi keduanya ialah bagaima setiap individu dapat mengendalikan hawa nafsu yang membangkitkan ketamakan dan sisi kelam manusia.
Korupsi adalah salah satu bentuk hawa nafsu dan ketamakan yang memiliki dampak destruktif terhadap keuangan dan perekonomian. Serta dapat menghancurkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Firli menyebut banyak negara yang hancur karena korupsi. Terlebih, apabila kejahatan kemanusiaan itu dibiarkan tumbuh subur, menjadi budaya, hingga menjalar ke setiap tatan kehidupan masyarakat.
"Kita semua tentunya sependapat bahwa kendala terbesar negeri ini untuk menjadi bangsa yang besar adalah masih merajalelanya korupsi," kata dia.
Praktik korupsi, kata Firli, masih dianggap hal yang biasa dan menjadi kebiasaan di Tanah Air. Sudut pandang seperti itu harus segera diubah melalui esensi Nyepi dan Catur Bratha
"Memaknai esensi Nyepi dan Catur Bratha dalam setiap individu dan seluruh eksponen bangsa, agar negeri ini dapat segera terlepas dari gurita korupsi yang telah lama mencengkram republik ini," kata Firli.
Jakarta: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK) Firli Bahuri mengatakan Hari Raya Nyepi dapat dimaknai sebagai bentuk pendidikan membangun karakter, integritas, dan semangat antikorupsi. Nyepi memiliki filosofi penyucian manusia, alam, dan seluruh isinya.
"Hari Nyepi semoga dapat dijadikan sarana menahan hawa nafsu, mari kita jadikan sebagai sarana intropeksi diri untuk meneguhkan nilai-nilai dan semangat
antikorupsi," ujar Firli dalam keterangan tertulis, Minggu, 14 Maret 2021.
Ia mejelaskan pelaksanaan Nyepi dan Catur Bratha mengendalikan umat Hindu dalam segala hal. Sebab, esensi keduanya ialah bagaima setiap individu dapat mengendalikan hawa nafsu yang membangkitkan ketamakan dan sisi kelam manusia.
Korupsi adalah salah satu bentuk hawa nafsu dan ketamakan yang memiliki dampak destruktif terhadap keuangan dan perekonomian. Serta dapat menghancurkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Firli menyebut banyak negara yang hancur karena korupsi. Terlebih, apabila kejahatan kemanusiaan itu dibiarkan tumbuh subur, menjadi budaya, hingga menjalar ke setiap tatan kehidupan masyarakat.
"Kita semua tentunya sependapat bahwa kendala terbesar negeri ini untuk menjadi bangsa yang besar adalah masih merajalelanya korupsi," kata dia.
Praktik korupsi, kata Firli, masih dianggap hal yang biasa dan menjadi kebiasaan di Tanah Air. Sudut pandang seperti itu harus segera diubah melalui esensi Nyepi dan Catur Bratha
"Memaknai esensi Nyepi dan Catur Bratha dalam setiap individu dan seluruh eksponen bangsa, agar negeri ini dapat segera terlepas dari gurita korupsi yang telah lama mencengkram republik ini," kata Firli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)