medcom.id, Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) mengklaim memiliki saksi kuat dalam melaporkan Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu ke Bareskrim Polri dan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Masinton diduga melakukan pemukulan terhadap tenaga ahlinya Dita Aditya.
Menurut Direktur LBH Apik Ratna Batara Munti, Dita dapat dijadikan saksi paling kuat ketimbang saksi lain untuk mengungkap kasus ini. "Korban kan datang ke kami. Dia sebagai saksi ya, saksi yang paling kuat dan kami memperjuangkan dengan UU khusus, saksi korban memiliki nilai yang paling kuat dibandingkan dengan bukti lainnya," kata Ratna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (2/2/2016).
Selain itu, Ratna mengaku memiliki bukti lain yang dapat memperkuat keterangan Dita sebagai saksi sekaligus korban. Bukti tersebut berupa hasil visum yang telah dilakukan kepada Dita.
"Kan sudah ada visum, itu juga nanti bisa menjadi bukti kuat apakah memang seperti pengakuan ajudannya tersangka, itu karena ditepis dan kena batu akik," ujar dia.
Menurut dia, secara awam sangat terlihat luka yang dialami Dita sangat parah. Terlihat bengkak dan memar di sekitaran mata Dita. Karena itu, ia yakin tidak mungkin luka tersebut didapati hanya lantaran terbeset batu akik.
"Kesaksian korban itu yang paling utama harus dihargai. Jangan disudutkan dengan stigmatisasi, streotype, karena mabuk. Padahal ada saksi delapan orang, teman-temannya yang menyatakan dia tidak mabuk," tegas dia.
Sementara itu, Anggota Komisi III Fraksi Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa meragukan laporan Dita baik ke Bareskrim Polri maupun ke MKD. Pasalnya, kata dia, Dita baru melaporkan kasus ini sembilan hari setelah insiden pemukulan.
"Kedua, ada dua versi pendapat. Dari versi Masinton bahwa ini karena dia rebut setir dan macam-macam kan, jadi kena. Jadi ini menurut saya jadi lain," kata Desmond.
Bahkan, sambung dia, dalam konteks pembuktiannya pun nanti akan sulit. Sebab, Desmon menilai tidak ada saksi yang mengetahui kejadian tersebut.
"Saya pikir MKD akan susah juga pembuktiannya kalau hanya pengakuan satu orang perempuan, mengaku dipukul. Agak susah juga pembuktiannya. Sama juga di polisi problemnya nanti, walaupun perempuan ini melapor kemana-mana," ujar dia.
Apalagi, tidak ada yang melihat dan merekam kejadian ini untuk menjadi pembuktian di kepolisian maupun MKD. Tak ada CCTV atau kamera yang merekam kejadian ini pun dinilai menyulitkan pembuktian. Oleh karena itu, ia berharap pengusutan kasus ini dapat dilakukan secara cemat, agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
"Kalau tidak ya kasihan juga nih perempuan (Dita) kalau itu betul. Kalau ini tidak betul, ini adalah dalam rangka untuk apa? Character assassination terhadap saudara Masinton. Saya pikir juga bisa begitu. Jadi kita harus cerdas mencermati ini. Hati-hati lah maksud saya," tandas dia.
Dita diduga dipukul Masinton lantaran ada persawalaan di mobil. Ada dua versi dugaan pemukulan. Sekretaris DPW Partai NasDem DKI Jakarta Wibi Andrino mengatakan Dita adalah pengurus Partai NasDem DKI. Karena itu, ia menemani Dita melaporkan Masinton ke Bareskrim.
Wibi mengatakan, pemukulan oleh Masinton kepada Dita berawal perdebatan kedua orang itu soal somasi NasDem kepada Masinton. NasDem menggugat pernyataan Masinton yang menyebut ada pertarungan Ketua Umum NasDem Surya Paloh dengan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo dalam penyelidikan kasus pajak PT Mobile 8 (Fren).
Selain politikus, Hary Tanoe juga bos MNC Group. PT Mobile 8 merupakan perusahaan milik MNC Group, namun pada 2010 Fren mengakuisisi saham PT Smart Telecom. Di tengah persawalaan, kata Wibi, Masinton memukul Dita.
Keterangan berbeda disampaikan Tenaga Ahli Masinton Pasaribu, Abraham Leo Tanditasik. Abraham mengatakan, memar di wajah Dita akibat berbenturan dengan tangannya. Beberapa waktu lalu, Abraham mengendarai mobil. Dita duduk di samping Abraham.
Tiba-tiba, menurut keterangan Abraham, Dita menarik setir mobil. Abraham berusaha mengendalikan laju kendaraan, secara tak sengaja tangannya mengenai wajah Dita.
medcom.id, Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) mengklaim memiliki saksi kuat dalam melaporkan Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu ke Bareskrim Polri dan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Masinton diduga melakukan pemukulan terhadap tenaga ahlinya Dita Aditya.
Menurut Direktur LBH Apik Ratna Batara Munti, Dita dapat dijadikan saksi paling kuat ketimbang saksi lain untuk mengungkap kasus ini. "Korban kan datang ke kami. Dia sebagai saksi ya, saksi yang paling kuat dan kami memperjuangkan dengan UU khusus, saksi korban memiliki nilai yang paling kuat dibandingkan dengan bukti lainnya," kata Ratna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (2/2/2016).
Selain itu, Ratna mengaku memiliki bukti lain yang dapat memperkuat keterangan Dita sebagai saksi sekaligus korban. Bukti tersebut berupa hasil visum yang telah dilakukan kepada Dita.
"Kan sudah ada visum, itu juga nanti bisa menjadi bukti kuat apakah memang seperti pengakuan ajudannya tersangka, itu karena ditepis dan kena batu akik," ujar dia.
Menurut dia, secara awam sangat terlihat luka yang dialami Dita sangat parah. Terlihat bengkak dan memar di sekitaran mata Dita. Karena itu, ia yakin tidak mungkin luka tersebut didapati hanya lantaran terbeset batu akik.
"Kesaksian korban itu yang paling utama harus dihargai. Jangan disudutkan dengan stigmatisasi, streotype, karena mabuk. Padahal ada saksi delapan orang, teman-temannya yang menyatakan dia tidak mabuk," tegas dia.
Sementara itu, Anggota Komisi III Fraksi Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa meragukan laporan Dita baik ke Bareskrim Polri maupun ke MKD. Pasalnya, kata dia, Dita baru melaporkan kasus ini sembilan hari setelah insiden pemukulan.
"Kedua, ada dua versi pendapat. Dari versi Masinton bahwa ini karena dia rebut setir dan macam-macam kan, jadi kena. Jadi ini menurut saya jadi lain," kata Desmond.
Bahkan, sambung dia, dalam konteks pembuktiannya pun nanti akan sulit. Sebab, Desmon menilai tidak ada saksi yang mengetahui kejadian tersebut.
"Saya pikir MKD akan susah juga pembuktiannya kalau hanya pengakuan satu orang perempuan, mengaku dipukul. Agak susah juga pembuktiannya. Sama juga di polisi problemnya nanti, walaupun perempuan ini melapor kemana-mana," ujar dia.
Apalagi, tidak ada yang melihat dan merekam kejadian ini untuk menjadi pembuktian di kepolisian maupun MKD. Tak ada CCTV atau kamera yang merekam kejadian ini pun dinilai menyulitkan pembuktian. Oleh karena itu, ia berharap pengusutan kasus ini dapat dilakukan secara cemat, agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
"Kalau tidak ya kasihan juga nih perempuan (Dita) kalau itu betul. Kalau ini tidak betul, ini adalah dalam rangka untuk apa? Character assassination terhadap saudara Masinton. Saya pikir juga bisa begitu. Jadi kita harus cerdas mencermati ini. Hati-hati lah maksud saya," tandas dia.
Dita diduga dipukul Masinton lantaran ada persawalaan di mobil. Ada dua versi dugaan pemukulan. Sekretaris DPW Partai NasDem DKI Jakarta Wibi Andrino mengatakan Dita adalah pengurus Partai NasDem DKI. Karena itu, ia menemani Dita melaporkan Masinton ke Bareskrim.
Wibi mengatakan, pemukulan oleh Masinton kepada Dita berawal perdebatan kedua orang itu soal somasi NasDem kepada Masinton. NasDem menggugat pernyataan Masinton yang menyebut ada pertarungan Ketua Umum NasDem Surya Paloh dengan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo dalam penyelidikan kasus pajak PT Mobile 8 (Fren).
Selain politikus, Hary Tanoe juga bos MNC Group. PT Mobile 8 merupakan perusahaan milik MNC Group, namun pada 2010 Fren mengakuisisi saham PT Smart Telecom. Di tengah persawalaan, kata Wibi, Masinton memukul Dita.
Keterangan berbeda disampaikan Tenaga Ahli Masinton Pasaribu, Abraham Leo Tanditasik. Abraham mengatakan, memar di wajah Dita akibat berbenturan dengan tangannya. Beberapa waktu lalu, Abraham mengendarai mobil. Dita duduk di samping Abraham.
Tiba-tiba, menurut keterangan Abraham, Dita menarik setir mobil. Abraham berusaha mengendalikan laju kendaraan, secara tak sengaja tangannya mengenai wajah Dita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)