medcom.id, Jakarta: Sudah sebelas bulan Aiptu labora Sitorus tak menghuni Lapas Sorong, Papua Barat. Meski berstatus buron, namun Labora dapat dengan tenang tinggal di rumahnya yang tak jauh dari Lapas Sorong.
Labora mengatakan bahwa petugas dari kejaksaan dan anggota kepolisian sering menyambangi kediamannya dengan alasan silaturahmi, dan tidak ada yang memintanya kembali ke lapas.
"Dari kejaksaan dan lembaga kepolisian sering datang berkunjung ke rumah saya, sampai sekarang ini. Cuma semenjak dua atau tiga hari ini sudah tidak ada. Hanya silaturahmi," jelas Labora dalam program Metro Siang, Jumat (6/2/2015).
Dia menuturkan kedatangan pihak kejaksaan hanya sekedar menjenguk. Dan pihak Kejaksaan yang 'menjenguk' tidak pernah menyinggung dirinya harus segera kembali ke lapas. "Cuma datang karena saya sakit, mereka datang silaturahmi. Saya senang juga, tidak bicarakan masalah itu (kembali ke lapas)," ucapnya.
Saat disinggung, apakah ada imbalan yang diberikan untuk pihak kejaksaan dan kepolisian karena dirinya berada di luar lapas. Dia tidak menjawab gambalang, "Kalau itu, tidak pernah bicarakan masalah itu. Cuma mereka datang silaturahmi, sakit kan melihat teman sakit," tuturnya.
Hingga kini, Labora bersikeras tidak ingin dieksekusi. Dia pun menganggap, bahwa putusan MA tidak berdasar. Labora justru mempertanyakan dasar dari penangkapan dan penanahanya, karena dia merasa tidak pernah diperiksa. "Kalau status orang sudah ditentukan sebagai tersangka, wajib harus di-BAP sebagai tersangka. Saya dipanggil di-BAP pun belum pernah apalagi diperiksa. Bagaimana bisa mengetahui saya bersalah, smeentara diperiksa tidak pernah," beber dia.
Labora juga mengganggap bahwa dirinya tidak bersalah. Dia lebih memilih ditembak mati, dibanding harus menerima hukuman 15 tahun penjara.
medcom.id, Jakarta: Sudah sebelas bulan Aiptu labora Sitorus tak menghuni Lapas Sorong, Papua Barat. Meski berstatus buron, namun Labora dapat dengan tenang tinggal di rumahnya yang tak jauh dari Lapas Sorong.
Labora mengatakan bahwa petugas dari kejaksaan dan anggota kepolisian sering menyambangi kediamannya dengan alasan silaturahmi, dan tidak ada yang memintanya kembali ke lapas.
"Dari kejaksaan dan lembaga kepolisian sering datang berkunjung ke rumah saya, sampai sekarang ini. Cuma semenjak dua atau tiga hari ini sudah tidak ada. Hanya silaturahmi," jelas Labora dalam program Metro Siang, Jumat (6/2/2015).
Dia menuturkan kedatangan pihak kejaksaan hanya sekedar menjenguk. Dan pihak Kejaksaan yang 'menjenguk' tidak pernah menyinggung dirinya harus segera kembali ke lapas. "Cuma datang karena saya sakit, mereka datang silaturahmi. Saya senang juga, tidak bicarakan masalah itu (kembali ke lapas)," ucapnya.
Saat disinggung, apakah ada imbalan yang diberikan untuk pihak kejaksaan dan kepolisian karena dirinya berada di luar lapas. Dia tidak menjawab gambalang, "Kalau itu, tidak pernah bicarakan masalah itu. Cuma mereka datang silaturahmi, sakit kan melihat teman sakit," tuturnya.
Hingga kini, Labora bersikeras tidak ingin dieksekusi. Dia pun menganggap, bahwa putusan MA tidak berdasar. Labora justru mempertanyakan dasar dari penangkapan dan penanahanya, karena dia merasa tidak pernah diperiksa. "Kalau status orang sudah ditentukan sebagai tersangka, wajib harus di-BAP sebagai tersangka. Saya dipanggil di-BAP pun belum pernah apalagi diperiksa. Bagaimana bisa mengetahui saya bersalah, smeentara diperiksa tidak pernah," beber dia.
Labora juga mengganggap bahwa dirinya tidak bersalah. Dia lebih memilih ditembak mati, dibanding harus menerima hukuman 15 tahun penjara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)