Jakarta: Polri masih mempelajari sejumlah hasil sampel laboratorium dalam rangkaian penyelidikan kasus gagal ginjal akut pada anak. Hasil sampel dari seluruh Indonesia ditampung.
"Masih mendata kan. Jadi agak lama itu," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Sabtu, 29 Oktober 2022.
Dedi mengatakan penyidik mempelajari hasil sampel bersama tim dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Data juga dipelajari di laboratorium forensik (labfor) untuk mendapatkan hasil komprehensif.
"Semuanya diambil dulu, dipelajari dulu. Jadi enggak labfor itu membuat suatu kesimpulan hanya mengambil satu sampel di rumah sakit, enggak bisa. Jadi makin banyak sampel 100 orang itu didapat, hasilnya akan lebih komprehensif. Itu dari labfor seperti itu," ucap Dedi.
Data yang ditampung itu meliputi obat yang diminum, urine korban, dan rekam medis. Di sisi lain, Polri juga mempelajari unsur kelainan yang terjadi dari masing-masing kasus gagal ginjal akut tersebut.
"Jadi kelainan-kelainan di tiap daerah itu apakah memiliki sama atau tiap daerah itu memiliki kecenderungan berbeda, itu dikumpulkan semuanya, enggak bisa di Jakarta saja," ujar Dedi.
Kasus gagal ginjal akut ini diusut empat direktorat Bareskrim Polri. Tim dipimpin ketua tim investigasi kasus gagal ginjal akut, Brigjen Pipit Rismanto.
Kemudian, beranggotakan Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Krisno Halomoan Siregar, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan, dan Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri.
Ada 255 anak terkena gagal ginjal akut misterius yang tersebar di 22 provinsi. Sebanyak, 143 di antaranya meninggal dunia sejak Agustus 2022 hingga Selasa, 25 Oktober 2022. Ratusan anak meninggal diduga kuat akibat meminum obat sirop tercemar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Jakarta:
Polri masih mempelajari sejumlah hasil sampel laboratorium dalam rangkaian penyelidikan kasus
gagal ginjal akut pada anak. Hasil sampel dari seluruh Indonesia ditampung.
"Masih mendata kan. Jadi agak lama itu," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Sabtu, 29 Oktober 2022.
Dedi mengatakan penyidik mempelajari hasil sampel bersama tim dari Kementerian Kesehatan (
Kemenkes) serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (
BPOM). Data juga dipelajari di laboratorium forensik (labfor) untuk mendapatkan hasil komprehensif.
"Semuanya diambil dulu, dipelajari dulu. Jadi enggak labfor itu membuat suatu kesimpulan hanya mengambil satu sampel di rumah sakit, enggak bisa. Jadi makin banyak sampel 100 orang itu didapat, hasilnya akan lebih komprehensif. Itu dari labfor seperti itu," ucap Dedi.
Data yang ditampung itu meliputi obat yang diminum, urine korban, dan rekam medis. Di sisi lain, Polri juga mempelajari unsur kelainan yang terjadi dari masing-masing kasus gagal ginjal akut tersebut.
"Jadi kelainan-kelainan di tiap daerah itu apakah memiliki sama atau tiap daerah itu memiliki kecenderungan berbeda, itu dikumpulkan semuanya, enggak bisa di Jakarta saja," ujar Dedi.
Kasus gagal ginjal akut ini diusut empat direktorat Bareskrim Polri. Tim dipimpin ketua tim investigasi kasus gagal ginjal akut, Brigjen Pipit Rismanto.
Kemudian, beranggotakan Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Krisno Halomoan Siregar, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan, dan Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri.
Ada 255 anak terkena gagal ginjal akut misterius yang tersebar di 22 provinsi. Sebanyak, 143 di antaranya meninggal dunia sejak Agustus 2022 hingga Selasa, 25 Oktober 2022. Ratusan anak meninggal diduga kuat akibat meminum obat sirop tercemar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)