medcom.id, Jakarta: Direktur PT Brilliant Perdana Sakti (BPS), Suwito, membenarkan isi berita acara pemeriksaan (BAP) yang menyebutkan dirinya diminta terdakwa suap Bupati Bogor, Kwee Cahyadi Kumala untuk tidak menyebutkan nama Kwee saat diperiksa penyidik. Hal tersebut diungkap dalam sidang terdakwa Kwee Cahyadi Kumala alias Swie Teng di Pengadilan Tipikor.
"Iya yang mulia. Saat itu saya bertemu beliau diajak Ibu Luci (PT Fajar Abadi Masindo). Dan Pak Cahyadi bilang pokoknya jangan bawa-bawa saya. Bilang saja kamu nominee (pinjam nama) Asi sebagai Direktur. Nanti saya bela kamu," aku Suwito, dalam kesaksiannya kepada majelis hakim di Pengadilan Tipikor, Jakarta Selatan, Rabu (8/4/2015).
Diakui Suwito, pertemuan keduanya diinisiasi oleh Suryani Zaini yang diminta Steven agar Suwito dikenalkan dengan Swie Teng pada 1 Juni 2014 di Istana Kana Menteng, sehari sebelum Suwito diperiksa penyidik KPK.
Dalam pembicaraannya dengan Swie Teng, Suwito mengaku takut jika dirinya tersangkut dengan penangkapan FX Yohan Yap karena bertindak sebagai direktur PT BPS yang merupakan penyedia uang untuk menyuap Bupati Bogor Rahmat Yasin dalam perkara tukar menukar kawasan hutan di Bogor.
Namun, Swie Teng meyakinkan Suwito bahwa yang sebenarnya harus ketakutan adalah dirinya. Swie Teng pun meminta Suwito agar mengaku bekerja untuk Haryadi Kumala alias Asie, bukan bekerja dengan dirinya.
Meski Suwito mengaku belum pernah tatap muka dengan Haryadi alias Asie yang merupakan adik dari Swie Teng, ia menyanggupi permintaan Swie Teng untuk tidak menyebut bos Sentul City itu di hadapan penyidik KPK.
Dalam persidangan pun terungkap, Suwito sebenarnya merupakan karyawan PT Fajar Abadi Masindo di bawah pimpinan Luciana Herdin yang ternyata masih anak perusahaan PT BPS dengan Swie Teng sebagai penanggungjawabnya.
Sebelumnya, dalam dakwaan Jaksa KPK dipaparkan duit untuk diberikan ke Rachmat Yasin berasal dari PT BPS yang merupakan milik Swie Teng. Pengeluaran duit Rp4 miliar disebut Jaksa KPK atas sepengetahuan dan persetujuan Swie Teng.
medcom.id, Jakarta: Direktur PT Brilliant Perdana Sakti (BPS), Suwito, membenarkan isi berita acara pemeriksaan (BAP) yang menyebutkan dirinya diminta terdakwa suap Bupati Bogor, Kwee Cahyadi Kumala untuk tidak menyebutkan nama Kwee saat diperiksa penyidik. Hal tersebut diungkap dalam sidang terdakwa Kwee Cahyadi Kumala alias Swie Teng di Pengadilan Tipikor.
"Iya yang mulia. Saat itu saya bertemu beliau diajak Ibu Luci (PT Fajar Abadi Masindo). Dan Pak Cahyadi bilang pokoknya jangan bawa-bawa saya. Bilang saja kamu nominee (pinjam nama) Asi sebagai Direktur. Nanti saya bela kamu," aku Suwito, dalam kesaksiannya kepada majelis hakim di Pengadilan Tipikor, Jakarta Selatan, Rabu (8/4/2015).
Diakui Suwito, pertemuan keduanya diinisiasi oleh Suryani Zaini yang diminta Steven agar Suwito dikenalkan dengan Swie Teng pada 1 Juni 2014 di Istana Kana Menteng, sehari sebelum Suwito diperiksa penyidik KPK.
Dalam pembicaraannya dengan Swie Teng, Suwito mengaku takut jika dirinya tersangkut dengan penangkapan FX Yohan Yap karena bertindak sebagai direktur PT BPS yang merupakan penyedia uang untuk menyuap Bupati Bogor Rahmat Yasin dalam perkara tukar menukar kawasan hutan di Bogor.
Namun, Swie Teng meyakinkan Suwito bahwa yang sebenarnya harus ketakutan adalah dirinya. Swie Teng pun meminta Suwito agar mengaku bekerja untuk Haryadi Kumala alias Asie, bukan bekerja dengan dirinya.
Meski Suwito mengaku belum pernah tatap muka dengan Haryadi alias Asie yang merupakan adik dari Swie Teng, ia menyanggupi permintaan Swie Teng untuk tidak menyebut bos Sentul City itu di hadapan penyidik KPK.
Dalam persidangan pun terungkap, Suwito sebenarnya merupakan karyawan PT Fajar Abadi Masindo di bawah pimpinan Luciana Herdin yang ternyata masih anak perusahaan PT BPS dengan Swie Teng sebagai penanggungjawabnya.
Sebelumnya, dalam dakwaan Jaksa KPK dipaparkan duit untuk diberikan ke Rachmat Yasin berasal dari PT BPS yang merupakan milik Swie Teng. Pengeluaran duit Rp4 miliar disebut Jaksa KPK atas sepengetahuan dan persetujuan Swie Teng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LOV)