Panglima Koarmabar Laksda Ahmad Taufiqoerrohman. Foto: Antara/Reno Esnir.
Panglima Koarmabar Laksda Ahmad Taufiqoerrohman. Foto: Antara/Reno Esnir.

Label Seram Lalulintas Selat Malaka Perlahan Luntur

Ilham wibowo • 23 Oktober 2015 19:53
medcom.id, Jakarta: Selat Malaka dikenal sebagai kawasan perairan paling berbahaya lantaran kerap terjadi perompakan. Tapi itu dulu. Kini, berkat penindakan yang dilakukan, predikat itu perlahan luntur.
 
Panglima Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Barat Laksda Ahmad Taufiqoerrohman mengatakan, pasukannya telah mengambil tindakan untuk menindak perompak yang kerap menyebarkan teror di lautan. Penindakan terbaru, Koarmabar berhasil menangkap dua perompak di Selat Malaka.
 
Penindakan itu dilakukan karena pihaknya sangat serius dalam memerangi segala bentuk kejahatan di laut.

"Hasilnya terbukti, kawasan Selat Malaka tidak seseram yang dipersepsikan. Tindakan tegas dan tuntas kita lakukan mampu memberi efek getar dan akhirnya menekan seminimal mungkin tindak kejahatan laut. Hasilnya persepsi itu sudah tidak ada lagi," tutur Taufiq di Aula Jos Sudarso, Mako Koarmabar, Jalan Gunung Sahari No. 67, Jakarta Pusat, Jumat (23/10/2015)
 
Ahmad mengatakan, perairan Somalia lebih berbahaya dari Selat Malaka. Taufiq mengalami hal ini saat diperintahkan Presiden untuk membebaskan Kapal Sinar Kudus yang dibajak dan meminta tebusan di Somalia.
 
"Waktu saya dapat perintah dari Persiden membebaskan Kapal Sinar Kudus di Somalia, waktu itu saya masuk (perairan Somalia) banyak sekali kapal yang ditahan. Ada 28 kapal. 500 lebih orang disandera," ucap Taufiq.
 
Taufik menegaskan, belum ada kapal yang dibajak di Selat Malaka. Kasus kejahatan yang terjadi hanya perompakan kecil.
 
"Tidak seperti yang dibayangkan orang seperti di Somalia. Tidak ada grup penyerang yang membajak dan menyandera kapal. Hanya pencurian-pencurian kecil. Mereka naik ke atas kapal, mengambil barang, lalu turun lagi dari kapal," tuturnya. "Jadi belum pernah terjadi di Selat Malaka ada grup penyerang pakai senjata api menyerang kapal dan membajaknya, menyandera, minta tebusan. Beda dengan di Somalia," tambah dia.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan