Jakarta: Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto menilai penyerangan ke Mabes Polri, Jakarta Selatan, tak perlu dibesar-besarkan. Itu merupakan risiko karena peran polisi yang melayani masyarakat.
“Kita jangan membesar-besarkan Mabes Polri kecolongan,” kata Soleman dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Awas! Sesat Milenial Radikal di Jagat Virtual,’ Minggu, 4 April 2021.
Soleman menyebut penyerangan itu adalah risiko lantaran polisi bertugas masyarakat. Kecuali, serangan itu terjadi di Mabes TNI yang pengamanannya lebih ketat.
“Mereka (Mabes Polri) tidak akan sekeras Mabes TNI. (Kalau Mabes TNI diserang), itu baru luar biasa,” ujar dia.
Baca: Penyerang Mabes Polri Dinilai Ingin Bunuh Diri
Menurut Soleman, polisi menghadapi fenomena buah simalakama. Risiko penyerangan ke Mabes Polri bisa diminimalisasi dengan menyetop pelayanan publik. Namun, polisi bakal berjarak dengan masyarakat dan kesulitan mendapat bantuan.
“Kalau biasa saja, ya jadi begini (terjadi penyerangan). Itu risiko,” papar Soleman.
Soleman mengajak seluruh pihak tidak membangkitkan rasa malu polisi yang seolah-olah melakukan kesalahan besar. Sebab, polisi memang diwajibkan melayani masyarakat sebaik-baiknya.
Senada, Polri menjelaskan alasan penyerang Mabes Polri, Jakarta Selatan, Zakiah Aini, bisa masuk ke area tersebut. Zakiah disebut tak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan.
Menurut Rusdi, tidak ada indikasi Zakiah sudah memantau Mabes Polri dari jauh-jauh hari. Sebab, Zakiah datang seperti masyarakat yang butuh bantuan.
"(Bantuan) ini tidak bisa dihindari oleh Polri sebagai salah satu tugas pokoknya pelayan masyarakat," papar Rusdi.
Jakarta: Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto menilai
penyerangan ke Mabes Polri, Jakarta Selatan, tak perlu dibesar-besarkan. Itu merupakan risiko karena peran polisi yang melayani masyarakat.
“Kita jangan membesar-besarkan Mabes Polri kecolongan,” kata Soleman dalam diskusi virtual
Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Awas! Sesat Milenial Radikal di Jagat Virtual,’ Minggu, 4 April 2021.
Soleman menyebut penyerangan itu adalah risiko lantaran polisi bertugas masyarakat. Kecuali, serangan itu terjadi di Mabes TNI yang pengamanannya lebih ketat.
“Mereka (Mabes Polri) tidak akan sekeras Mabes TNI. (Kalau Mabes TNI diserang), itu baru luar biasa,” ujar dia.
Baca: Penyerang Mabes Polri Dinilai Ingin Bunuh Diri
Menurut Soleman, polisi menghadapi fenomena buah simalakama. Risiko penyerangan ke Mabes Polri bisa diminimalisasi dengan menyetop pelayanan publik. Namun,
polisi bakal berjarak dengan masyarakat dan kesulitan mendapat bantuan.
“Kalau biasa saja, ya jadi begini (terjadi penyerangan). Itu risiko,” papar Soleman.
Soleman mengajak seluruh pihak tidak membangkitkan rasa malu polisi yang seolah-olah melakukan kesalahan besar. Sebab, polisi memang diwajibkan melayani masyarakat sebaik-baiknya.
Senada, Polri menjelaskan alasan penyerang Mabes Polri, Jakarta Selatan, Zakiah Aini, bisa masuk ke area tersebut. Zakiah disebut tak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan.
Menurut Rusdi, tidak ada indikasi Zakiah sudah memantau Mabes Polri dari jauh-jauh hari. Sebab, Zakiah datang seperti masyarakat yang butuh bantuan.
"(Bantuan) ini tidak bisa dihindari oleh Polri sebagai salah satu tugas pokoknya pelayan masyarakat," papar Rusdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)