medcom.id, Jakarta: Miranda Swaray Goeltom siap merilis dua buku seusai bebas dari lembaga pemasyarakatan wanita di Tangerang, Banten. Miranda yang akan merayakan ulang tahun pada 9 Juni mendatang itu mendapat hadiah istimewa di usia ke-66. Ia bebas tujuh hari menjelang masa perayaan ulang tahunnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu akan memberi kado buat ulang tahun dan kebebasannya. Buku pertama yang ingin dirilis adalah soal ekonomi. Buku ini bercerita mengenai Miranda yang sudah sejak 1999 menjadi Deputi Gubernur hingga menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2009. Ia ingin membagi pemikirannya soal cara menghadapi krisis ekonomi.
"Bukunya berjudul From Crisis to Crisis. Di mana di saat saya menjabat itu waktu krisis 1998 hingga krisis 2009," kata Miranda, Selasa (2/6/2015).
Buku berbasis ilmu ekonomi moneter itu sedianya dirilis tiga tahun lalu. Namun, istri Oloan P Siahaan itu harus bersabar lantaran tersandung kasus suap yang akhirnya membuat dia mendekam di penjara.
"Semoga lekas terbit," imbuh dia.
Tapi, tak hanya buku ekonomi yang akan dirilis ibu dua anak ini. Perempuan kelahiran 1949 itu mengaku, ingin bercerita tentang kisah hidupnya selama tiga tahun merasakan dinginnya lantai hotel prodeo.
"Di penjara itu semuanya terbatas," tutur dia.
Sebagai intelektual yang mengenyam pendidikan hingga tingkat S3, Miranda sadar, masalah baik dan buruk sekadar cara pandang. Dia ingin mengutarakan pandangannya tentang penjara, dari kacamata seorang yang pernah berada di balik jeruji besi. Di penjara, Miranda mengaku mulai menemukan cara pandang baru terhadap segala hal.
"Saya ingin semua orang tahu cerita di dalam Lapas itu seperti apa. Karena tidak semua manusia jahat itu ingin jahat. Saya selama di sana jadi lebih empati sama pengguna narkoba," tutur Miranda.
Miranda satu di antara lulusan perguruan tinggi terkenal yang masuk bui. Dia bukan orang pertama yang menulis buku usai di penjara. Sejumlah nama tenar juga pernah melakukan hal serupa. Sebut saja Rahardi Ramelan, mantan Menristek dan Menperindag serta Kepala Bulog era Presiden Habibie. Rahardi pernah dua tahun mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, lantaran tersandung kasus korupsi dana nonbujeter Bulog sebesar Rp400 miliar dan Rp4,6 miliar di Badan Urusan Logistik.
Saat keluar dari penjara, Rahardi mengeluarkan dua bukunya. Buku pertama adalah otobiografi berjudul 'Cipinang Desa Tertinggal' yang dirilis 2008 silam. Rahardi dengan cakap merekam semua bahasa pergaulan selama mendekam di balik jeruji.
Hal serupa bahkan banyak dilakukan saat masa Orde Baru. Muhtar Lubis, salah satunya. Buku terakhir Muhtar selepas dipenjara berjudul Nirbaya. Buku tersebut ditulis sekitar 1960 dan baru dirilis pada 2008.
medcom.id, Jakarta: Miranda Swaray Goeltom siap merilis dua buku seusai bebas dari lembaga pemasyarakatan wanita di Tangerang, Banten. Miranda yang akan merayakan ulang tahun pada 9 Juni mendatang itu mendapat hadiah istimewa di usia ke-66. Ia bebas tujuh hari menjelang masa perayaan ulang tahunnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu akan memberi kado buat ulang tahun dan kebebasannya. Buku pertama yang ingin dirilis adalah soal ekonomi. Buku ini bercerita mengenai Miranda yang sudah sejak 1999 menjadi Deputi Gubernur hingga menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2009. Ia ingin membagi pemikirannya soal cara menghadapi krisis ekonomi.
"Bukunya berjudul From
Crisis to Crisis. Di mana di saat saya menjabat itu waktu krisis 1998 hingga krisis 2009," kata Miranda, Selasa (2/6/2015).
Buku berbasis ilmu ekonomi moneter itu sedianya dirilis tiga tahun lalu. Namun, istri Oloan P Siahaan itu harus bersabar lantaran tersandung kasus suap yang akhirnya membuat dia mendekam di penjara.
"Semoga lekas terbit," imbuh dia.
Tapi, tak hanya buku ekonomi yang akan dirilis ibu dua anak ini. Perempuan kelahiran 1949 itu mengaku, ingin bercerita tentang kisah hidupnya selama tiga tahun merasakan dinginnya lantai hotel prodeo.
"Di penjara itu semuanya terbatas," tutur dia.
Sebagai intelektual yang mengenyam pendidikan hingga tingkat S3, Miranda sadar, masalah baik dan buruk sekadar cara pandang. Dia ingin mengutarakan pandangannya tentang penjara, dari kacamata seorang yang pernah berada di balik jeruji besi. Di penjara, Miranda mengaku mulai menemukan cara pandang baru terhadap segala hal.
"Saya ingin semua orang tahu cerita di dalam Lapas itu seperti apa. Karena tidak semua manusia jahat itu ingin jahat. Saya selama di sana jadi lebih empati sama pengguna narkoba," tutur Miranda.
Miranda satu di antara lulusan perguruan tinggi terkenal yang masuk bui. Dia bukan orang pertama yang menulis buku usai di penjara. Sejumlah nama tenar juga pernah melakukan hal serupa. Sebut saja Rahardi Ramelan, mantan Menristek dan Menperindag serta Kepala Bulog era Presiden Habibie. Rahardi pernah dua tahun mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, lantaran tersandung kasus korupsi dana nonbujeter Bulog sebesar Rp400 miliar dan Rp4,6 miliar di Badan Urusan Logistik.
Saat keluar dari penjara, Rahardi mengeluarkan dua bukunya. Buku pertama adalah otobiografi berjudul 'Cipinang Desa Tertinggal' yang dirilis 2008 silam. Rahardi dengan cakap merekam semua bahasa pergaulan selama mendekam di balik jeruji.
Hal serupa bahkan banyak dilakukan saat masa Orde Baru. Muhtar Lubis, salah satunya. Buku terakhir Muhtar selepas dipenjara berjudul Nirbaya. Buku tersebut ditulis sekitar 1960 dan baru dirilis pada 2008.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(TII)