Jakarta: Proses minutasi perkara di Mahkamah Agung (MA) pada 2022 menjadi yang tertinggi dalam sejarah MA. Minutasi perkara merupakan proses menjadikan berkas-berkas perkara menjadi arsip negara.
"Produktivitas kinerja minutasi perkara mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaiu dari tahun 2021 sebanyak 21.586 perkara meningkat menjadi 30.195 perkara pada 2022," kata Ketua MA Muhammad Syarifuddin dalam acara Refleksi Kinerja MA RI Tahun 2022 secara daring, Selasa, 3 Januari 2023.
Terdapat peningkatan sebesar 39,88 persen terkait minutasi perkara pada 2022 ketimbang 2021. Syarifuddin menyebut minutasi perkara pada 2022 merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah MA. Ia berharap dalam waktu setahun, kinerja minutasi perkara bisa lebih baik.
Sejak awal 2022 sampai 29 Desember 2022, MA telah memutus 28.371 perkara atau 99,47 persen dari jumlah beban 28.522 perkara. Rasio produktivitas memutus perakra itu melampaui target yang telah ditetapkan, yakni 75 persen.
"Sisa perkara sampai dengan 29 Desember 2022 tercatat sebanyak 151 perkara. Jumlah tersebut masih bersifat sementara dan bisa berubah karena pada 30 Desember 2022 masih ada persidangan, datanya belum masuk di laporan ini," tandas Syarifuddin.
Jakarta: Proses minutasi perkara di
Mahkamah Agung (MA) pada 2022 menjadi yang tertinggi dalam sejarah MA. Minutasi perkara merupakan proses menjadikan berkas-berkas perkara menjadi arsip negara.
"Produktivitas kinerja minutasi perkara mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaiu dari tahun 2021 sebanyak 21.586 perkara meningkat menjadi 30.195 perkara pada 2022," kata Ketua MA Muhammad Syarifuddin dalam acara Refleksi Kinerja MA RI Tahun 2022 secara daring, Selasa, 3 Januari 2023.
Terdapat peningkatan sebesar 39,88 persen terkait minutasi perkara pada 2022 ketimbang 2021. Syarifuddin menyebut minutasi perkara pada 2022 merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah
MA. Ia berharap dalam waktu setahun, kinerja minutasi perkara bisa lebih baik.
Sejak awal 2022 sampai 29 Desember 2022,
MA telah memutus 28.371 perkara atau 99,47 persen dari jumlah beban 28.522 perkara. Rasio produktivitas memutus perakra itu melampaui target yang telah ditetapkan, yakni 75 persen.
"Sisa perkara sampai dengan 29 Desember 2022 tercatat sebanyak 151 perkara. Jumlah tersebut masih bersifat sementara dan bisa berubah karena pada 30 Desember 2022 masih ada persidangan, datanya belum masuk di laporan ini," tandas Syarifuddin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
