Jakarta: Penyerangan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, dinilai menjadi tanggung jawab Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Penyerangan itu bukan bentuk kelalaian intelijen.
“Mari tanya BNPT apa yang mereka perbuat, kok teroris masih bergentayangan. Jadi bukan salah intelijen kebobolan,” kata mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto, dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Awas! Sesat Milenial Radikal di Jagat Virtual,’ Minggu, 4 April 2021.
Soleman menyebut intelijen baru bisa dibilang kebobolan bila tak ada BNPT. Sebab, BNPT dimandatkan mengatasi terorisme.
“Ini masalah BNPT karena dilahirkan untuk menanggulangi terorisme,” tegas dia.
Soleman menyayangkan penyerangan Mabes Polri pada Rabu, 31 Maret 2021. Dia mengeklaim sudah mengingatkan BNPT agar bekerja lebih baik sejak kasus Bom Sarinah, Jakarta Pusat, pada 2016.
“(Penyerangan) ini terulang lagi. (Padahal) di pundak mereka (BNPT) penanggulangan teroris ditetapkan,” ujar Soleman.
Baca: Mabes Polri Diminta Evaluasi Jajarannya yang Berjaga Saat Penyerangan
Sementara itu, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar menilai Polri perlu mengetatkan pengamanan. Hal ini menyusul serangan teror di Mabes Polri, Jakarta Selatan.
"Ini perlu sistem pengamanan lebih ketat," kata Boy.
Pertahanan Mabes Polri tampak lemah saat teroris, Zakiah Aini, 25, beraksi pada Rabu, 31 Maret 2021. Pelaku dapat menyusup dengan membawa pistol berjenis airgun 4,5mm.
Zakiah menyerang Mabes Polri sekitar pukul 16.30 WIB. Dia masuk dari gerbang belakang Bareskrim. Dia lalu menuju ke gerbang utama untuk menemui anggota pos jaga. Pelaku menanyakan lokasi kantor pos. Setelah itu, dia melepaskan enam tembakan.
Polisi melumpuhkan pelaku. Jenazah Zakiah kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pelaku berideologi Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) itu telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Jakarta:
Penyerangan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, dinilai menjadi tanggung jawab Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Penyerangan itu bukan bentuk kelalaian intelijen.
“Mari tanya BNPT apa yang mereka perbuat, kok teroris masih bergentayangan. Jadi bukan salah intelijen kebobolan,” kata mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Laksamana Muda (Purn) Soleman Ponto, dalam diskusi virtual
Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Awas! Sesat Milenial Radikal di Jagat Virtual,’ Minggu, 4 April 2021.
Soleman menyebut intelijen baru bisa dibilang kebobolan bila tak ada BNPT. Sebab, BNPT dimandatkan mengatasi terorisme.
“Ini masalah BNPT karena dilahirkan untuk menanggulangi terorisme,” tegas dia.
Soleman menyayangkan penyerangan Mabes
Polri pada Rabu, 31 Maret 2021. Dia mengeklaim sudah mengingatkan BNPT agar bekerja lebih baik sejak kasus Bom Sarinah, Jakarta Pusat, pada 2016.
“(Penyerangan) ini terulang lagi. (Padahal) di pundak mereka (BNPT) penanggulangan teroris ditetapkan,” ujar Soleman.
Baca: Mabes Polri Diminta Evaluasi Jajarannya yang Berjaga Saat Penyerangan
Sementara itu, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar menilai Polri perlu mengetatkan pengamanan. Hal ini menyusul serangan teror di Mabes Polri, Jakarta Selatan.
"Ini perlu sistem pengamanan lebih ketat," kata Boy.
Pertahanan Mabes Polri tampak lemah saat teroris, Zakiah Aini, 25, beraksi pada Rabu, 31 Maret 2021. Pelaku dapat menyusup dengan membawa pistol berjenis airgun 4,5mm.
Zakiah menyerang Mabes Polri sekitar pukul 16.30 WIB. Dia masuk dari gerbang belakang Bareskrim. Dia lalu menuju ke gerbang utama untuk menemui anggota pos jaga. Pelaku menanyakan lokasi kantor pos. Setelah itu, dia melepaskan enam tembakan.
Polisi melumpuhkan pelaku. Jenazah Zakiah kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pelaku berideologi Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) itu telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)