medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo memanggil sejumlah anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ke kantornya. Dalam pertemuan itu, Presiden membahas polemik testimoni gembong narkoba Freddy Budiman bahwa ia pernah menggelontorkan uang ke aparat Badan Narkotika Nasional (BNN), Polri dan TNI secara tidak langsung.
Testimoni itu ditulis Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar lalu menjadi viral. "Iya membahas itu," ujar anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman (kiri), menunjukkan surat permohonan tobat nasuha pada sidang PK di PN Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (25/5/2016). Foto: Antara/Idhad Zakaria
Sidarto mengatakan, Presiden tidak akan kompromi dengan oknum aparat yang terbukti bermain dalam kasus itu. Meski baru diungkap satu hari sebelum Freddy dieksekusi mati, lanjut dia, Presiden ingin kasus itu ditelusuri hingga tuntas.
"Ya beliau tekadnya kan mana ada kompromi dengan soal narkoba. Soal begitu tidak kompromi. Itu peristiwa 2012 kan, yang selama ini terpendam, ya sekarang saatnya dibongkar lah," tutur dia.
(Baca juga: Tim Independen akan Buktikan 'Nyanyian' Haris Benar atau Tidak)
Namun demikian, Sidarto enggan memerinci masukan yang sudah diberikan dewan penasihat presiden terkait testimoni tersebut. "Wah saya lupa. Tadi kita sampaikan apa tadi?" ungkap kader PDI Perjuangan itu.
Koordinator KontraS Haris Azhar. Foto: MI/Arya Manggala
Sebelumnya, Haris menyebut Freddy memberi upeti Rp450 miliar kepada oknum anggota BNN. Upeti juga diberikan kepada oknum polisi Rp90 miliar.
(Baca juga: Beda Nasib antara Buwas dan Haris Azhar)
Tak hanya itu, berdasarkan cerita Haris, Freddy pernah membawa barang haram itu dengan mobil fasilitas TNI berbintang dua. Jenderal itu bahkan duduk di sampingnya saat menyetir dari Medan sampai Jakarta.
medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo memanggil sejumlah anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ke kantornya. Dalam pertemuan itu, Presiden membahas polemik testimoni gembong narkoba Freddy Budiman bahwa ia pernah menggelontorkan uang ke aparat Badan Narkotika Nasional (BNN), Polri dan TNI secara tidak langsung.
Testimoni itu ditulis Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar lalu menjadi viral. "Iya membahas itu," ujar anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman (kiri), menunjukkan surat permohonan tobat nasuha pada sidang PK di PN Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (25/5/2016). Foto: Antara/Idhad Zakaria
Sidarto mengatakan, Presiden tidak akan kompromi dengan oknum aparat yang terbukti bermain dalam kasus itu. Meski baru diungkap satu hari sebelum Freddy dieksekusi mati, lanjut dia, Presiden ingin kasus itu ditelusuri hingga tuntas.
"Ya beliau tekadnya kan mana ada kompromi dengan soal narkoba. Soal begitu tidak kompromi. Itu peristiwa 2012 kan, yang selama ini terpendam, ya sekarang saatnya dibongkar lah," tutur dia.
(
Baca juga: Tim Independen akan Buktikan 'Nyanyian' Haris Benar atau Tidak)
Namun demikian, Sidarto enggan memerinci masukan yang sudah diberikan dewan penasihat presiden terkait testimoni tersebut. "Wah saya lupa. Tadi kita sampaikan apa tadi?" ungkap kader PDI Perjuangan itu.
Koordinator KontraS Haris Azhar. Foto: MI/Arya Manggala
Sebelumnya, Haris menyebut Freddy memberi upeti Rp450 miliar kepada oknum anggota BNN. Upeti juga diberikan kepada oknum polisi Rp90 miliar.
(
Baca juga: Beda Nasib antara Buwas dan Haris Azhar)
Tak hanya itu, berdasarkan cerita Haris, Freddy pernah membawa barang haram itu dengan mobil fasilitas TNI berbintang dua. Jenderal itu bahkan duduk di sampingnya saat menyetir dari Medan sampai Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)