Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (tengah). Foto: MTVN.com/Ilham Wibowo.
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (tengah). Foto: MTVN.com/Ilham Wibowo.

Menkes: Klinik di Ciracas Hanya Palsukan Vaksin Hepatitis B

Ilham wibowo • 01 Juli 2016 19:37
medcom.id, Jakarta: Klinik Bidan Elly Novita di Jalan Centex Raya, Ciracas, Jakarta Timur kedapatan memalsukan vaksin. Dari delapan jenis vaksin yang wajib diberikan sejak lahir untuk balita, vaksin Hepatitis B terdeteksi palsu.
 
"Kami lihat di Ciracas kemarin hanya satu vaksin Hepatitis B yang dipalsukan. Jadi tidak seluruhnya (vaksin) yang diberikan palsu," kata Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek usai acara soft launching National Command Center (NCC) di gedung Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (1/7/2016)
 
Menurut Nila, hingga saat ini dirinya belum mendapatkan hasil uji laboratorium isi vaksin oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Meski demikian, Nila menjamin seluruh vaksin yang beredar di puskesmas tidak terkontaminasi produk palsu.

"Kalau mendapatkan vaksin dari puskesmas, sudah pasti dapat asli. Hasil uji laboratorium Badan POM diserahkan ke Bareskrim, kami belum dapat hasilnya. Kami menunggu penyelidikan lalu akan mengambil keputusan," kata Nila.
 
Menkes: Klinik di Ciracas Hanya Palsukan Vaksin Hepatitis B

Balita di  Kelurahan Abadijaya, Depo, mendapatkan vaksin polio. Foto: MI/Bary Fathahilah.

Kemarin, Menteri Nila dan Kabareskrim Komjen Ari Dono mendatangi klinik Elly Novita. Klinik tersebut kedapatan menjual vaksin palsu sejak 2014.
 
Menurut Nila, dari keterangan beberapa orangtua pasien tidak ada dampak atau gejala yang ditimbulkan setelah diberikan vaksin dari klinik tersebut. Namun, ada satu orangtua yang mengaku anaknya muntah-muntah setelah divaksin di klinik Elly Novita.
 
Aparat belum akan mencabut izin operasional Klinik Elly Novita. Sebab, belum ada dampak yang cukup signifikan terhadap anak yang pernah divaksin di klinik ini.
 
"Kalau yang misalnya yang diberikan vaksin palsu, banyak anak yang sakit, itu namanya kejadian luar biasa. Tentu kalau ada kejadian luar biasa Kemenkes akan turun memagari lagi supaya anak-anak itu diulangi lagi vaksinnya. Tapi sejauh ini enggak ada," papar Nila.
 
Kemenkes dan Bareskrim Polri tetap akan mendata klinik-klinik yang diketahui menjual vaksin palsu. Sambil menunggu penyelidikan lanjutan dan mendalam dari Polri.
 
"Ini kan perbuatan yang tidak benar kita masih menunggu penyelidikan dari Bareskrim. Kalau dia salah kita tindak. Sampai sejauh ini enggak ada kejadian luar biasa, karena kita tidak tahu isinya apa yang disuntik," kata Nila.
 
Bareskrim Polri telah menetapkan 17 tersangka terkait kasus vaksin palsu. Kabareskrim Komjen Ari Dono mengatakan, jumlah tersebut kemungkinan bertambah. Tidak menutup kemungkinan masih ada produsen vaksin palsu lain yang masih beroperasi.
 
Vaksin palsu terungkap setelah polisi menangkap J, pemilik toko Azca Medical di Bekasi. Dari keterangan J, penyidikan mengarah ke tiga lokasi yang diduga tempat peracikan vaksin palsu: Jalan Serma Hasyim, Bekasi Timur; Puri Hijau Bintaro; dan Kemang Regency.
 
Barang bukti yang disita 195 bungkus vaksin Hepatitis B, 221 botol vaksin Pediacel, 364 botol pelarut vaksin campak kering, 81 bungkus vaksin penetes polio, 55 bungkus vaksin Anti-Snake, dokumen penjualan vaksin, bahan baku vaksin, dan alat pres penutup botol.
 
Kementerian Kesehatan akan memvaksinasi ulang balita yang pernah diberi vaksin palsu. Polisi masih mendata balita atau individu yang pernah mendapatkan vaksin palsu.
 
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, data balita yang pernah mengonsumsi vaksin palsu akan diserahkan kepada Kementerian Kesehatan. Badrodin mengungkapkan, vaksin palsu sudah tersebar ke tujuh provinsi. Semua pabrik pembuatan vaksin palsu diduga berlokasi di sejumlah wilayah di Pulau Jawa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DOR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan