Jakarta: Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pussdokes) Polri telah menerima ratusan sampel DNA dari keluarga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Sampel DNA menjadi salah satu cara untuk melakukan identifikasi bagian tubuh korban yang ditemukan.
"Sampelnya baru datang sebanyak 265 sampel DNA," ujar Kepala Laboratorium DNA Pussdokes Polri, Kombes Ratna dalam konferensi pers, di RS Polri, Jakarta Timur, Kamis, 14 Januari 2021.
Ratna menyebut proses identifikasi melalui sampel DNA memakan waktu cukup lama dibandingkan identifikasi melalui sidik jari. Terlebih Tim DVI harus memastikan proses identifikasi dilakukan sesuai protokol kesehatan secara ketat saat berada di ruang jenazah.
Baca: Teranyar, Dua Korban Sriwijaya Air SJ-182 Berhasil Diidentifikasi
Pasalnya, terdapat jenazah covid-19 yang tersimpan di ruangan tersebut. "Memang kami tidak tergesa-gesa. Misalnya kami dapet 30 kantong, 30 kantong tidak harus kami kerjakan hari itu juga, karena masa covid-19 ini kita tidak boleh terlalu lama di kamar jenazah," jelasnya.
Oleh sebab itu, ia meminta jumlah sumber daya manusia (SDM) yang melakukan identifikasi di ruang jenazah dibatasi. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kita tidak boleh terlalu banyak orang, tidak boleh terlalu lama, jaga jarak, durasi, dan ventilasi. Sehingga yang dikerjakan tadi pagi 17 kantong dengan sampel yang didapat untuk DNA 60," jelasnya.
Pesawat Sriwijaya Air dengan call sign SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pukul 14.40 WIB, Sabtu, 9 Januari 2021. Pesawat berjenis Boeing 737-500 dengan nomor registrasi PK CLC itu lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, pukul 14.36 WIB.
Posisi terakhir pesawat itu berada di 11 mil laut utara Bandara Soetta, tepatnya di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Pesawat tercatat hendak menambah ketinggian dari 11 ribu ke 13 ribu kaki. Pesawat yang dipastikan jatuh itu mengangkut 62 orang yang terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru
Jakarta: Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pussdokes) Polri telah menerima ratusan sampel DNA dari keluarga korban jatuhnya pesawat
Sriwijaya Air SJ-182. Sampel DNA menjadi salah satu cara untuk melakukan identifikasi bagian tubuh korban yang ditemukan.
"Sampelnya baru datang sebanyak 265 sampel DNA," ujar Kepala Laboratorium DNA Pussdokes Polri, Kombes Ratna dalam konferensi pers, di RS Polri, Jakarta Timur, Kamis, 14 Januari 2021.
Ratna menyebut proses identifikasi melalui sampel DNA memakan waktu cukup lama dibandingkan identifikasi melalui sidik jari. Terlebih Tim DVI harus memastikan proses identifikasi dilakukan sesuai protokol kesehatan secara ketat saat berada di ruang jenazah.
Baca: Teranyar, Dua Korban Sriwijaya Air SJ-182 Berhasil Diidentifikasi
Pasalnya, terdapat jenazah covid-19 yang tersimpan di ruangan tersebut. "Memang kami tidak tergesa-gesa. Misalnya kami dapet 30 kantong, 30 kantong tidak harus kami kerjakan hari itu juga, karena masa covid-19 ini kita tidak boleh terlalu lama di kamar jenazah," jelasnya.
Oleh sebab itu, ia meminta jumlah sumber daya manusia (SDM) yang melakukan identifikasi di ruang jenazah dibatasi. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kita tidak boleh terlalu banyak orang, tidak boleh terlalu lama, jaga jarak, durasi, dan ventilasi. Sehingga yang dikerjakan tadi pagi 17 kantong dengan sampel yang didapat untuk DNA 60," jelasnya.
Pesawat Sriwijaya Air dengan
call sign SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pukul 14.40 WIB, Sabtu, 9 Januari 2021. Pesawat berjenis Boeing 737-500 dengan nomor registrasi PK CLC itu lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, pukul 14.36 WIB.
Posisi terakhir pesawat itu berada di 11 mil laut utara Bandara Soetta, tepatnya di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Pesawat tercatat hendak menambah ketinggian dari 11 ribu ke 13 ribu kaki. Pesawat yang dipastikan jatuh itu mengangkut 62 orang yang terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)