medcom.id, Jakarta: Pemerintah Indonesia dinyatakan bersalah atas kasus pelanggaran HAM 1965 oleh Pengadilan Rakyat Internasional (International People's Tribunal) yang dihelat di Den Haag, Belanda.
Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi ikut berkomentar atas putusan pengadilan itu. Menurut Hasyim Muzadi, tragedi 1965 atau lebih dikenal dengan Gerakan 30 September adalah akses pemberontakan yang diduga dilakukan partai politik tertentu. Pemberontak menghendaki idealisme Pancasila diganti ajaran komunis.
"Umat Islam dan seluruh masyarakat Pancasila tidak perlu gugup dan sembrono karena yang benar itu Pancasila. Bahwa ada benturan itu benturan pemberontakan, bukan masalah HAM. HAM kan baru lahir belakang ini saja," ujarnya di sela-sela konferensi pers di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Rabu (12/11/2015).
Dia meminta, bangsa Indonesia tidak perlu khawatir. Sebab sebagian besar masyarakat telah memegang teguh Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi. Namun, dia meminta Indonesia berhati-hati terhadap serangan global yang dapat menyulitkan bangsa.
"Karena kita tidak perlu khawatir sebagian besar masyarakat Indonesia itu pancasilais. Tapi jangan juga sembrono, komunisme yang kita kenal saat ini berbeda," tegas anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia itu.
Ia menambahkan, "Sebelum adanya perang dingin itu agresif dan revolusioner. Kalau sekarang lebih soft tapi antiheismenya dan hal-hal pokok lain tidak berubah," kata Hasyim Muzadi.
medcom.id, Jakarta: Pemerintah Indonesia dinyatakan bersalah atas kasus pelanggaran HAM 1965 oleh Pengadilan Rakyat Internasional (International People's Tribunal) yang dihelat di Den Haag, Belanda.
Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi ikut berkomentar atas putusan pengadilan itu. Menurut Hasyim Muzadi, tragedi 1965 atau lebih dikenal dengan Gerakan 30 September adalah akses pemberontakan yang diduga dilakukan partai politik tertentu. Pemberontak menghendaki idealisme Pancasila diganti ajaran komunis.
"Umat Islam dan seluruh masyarakat Pancasila tidak perlu gugup dan sembrono karena yang benar itu Pancasila. Bahwa ada benturan itu benturan pemberontakan, bukan masalah HAM. HAM kan baru lahir belakang ini saja," ujarnya di sela-sela konferensi pers di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Rabu (12/11/2015).
Dia meminta, bangsa Indonesia tidak perlu khawatir. Sebab sebagian besar masyarakat telah memegang teguh Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi. Namun, dia meminta Indonesia berhati-hati terhadap serangan global yang dapat menyulitkan bangsa.
"Karena kita tidak perlu khawatir sebagian besar masyarakat Indonesia itu pancasilais. Tapi jangan juga sembrono, komunisme yang kita kenal saat ini berbeda," tegas anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia itu.
Ia menambahkan, "Sebelum adanya perang dingin itu agresif dan revolusioner. Kalau sekarang lebih soft tapi antiheismenya dan hal-hal pokok lain tidak berubah," kata Hasyim Muzadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)