Jakarta: Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin menyinggung benalu di tubuh Korps Adhyaksa saat melakukan kunjungan kerja ke Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan. Burhanuddin mengatakan setiap insan kejaksaan harus mengedepankan integritas dan loyalitas sebagai standar minimum menjalankan tugas, fungsi, serta wewenang.
"Jangan jadi benalu di dalam tubuh institusi, rapatkan barisan dan mari kita bergerak bersama memulihkan muruah Korps Adhyaksa yang kita cintai. Apabila di antara saudara sekalian masih ada yang ingin menjadi benalu, saya tidak akan segan dan ragu membasmi benalu tersebut," ujar Burhanuddin melalui keterangan tertulis yang disampaikan Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak, Minggu, 7 November 2021.
Menurut dia, loyalitas tertinggi harus didedikasikan pada hal-hal yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Jiwa korsa atau espirt de corps bukan ditujukan terhadap orang, melainkan sebuah sistem dalam organisasi. Jika suatu organisasi telah melenceng dari visi dan misi yang ada, lanjut dia, besar kemungkinan loyalitas para anggotanya telah keropos dan lapuk.
Di tengah upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kejaksaan, Jaksa Agung kecewa masih menemukan jaksa maupun pegawai kejaksaan yang melakukan perbuatan tercela menyalahgunakan jabatan dan kewenangannya. Burhanuddin mengingatkan setiap kepala satuan kerja memberikan keteladanan kepada jajarannya.
"Pada dasarnya pimpinan tidak ingin melihat anak buahnya bermasalah, akan tetapi apabila perintah dan imbauan pimpinan tidak diindahkan dan tetap mencoba mencari celah untuk melakukan perbuatan tercela, pimpinan tidak akan ragu untuk menindak secara tegas," kata Burhanuddin.
Baca: Kejaksaan Tangkap Lima Buronan Dalam Tiga Hari
Dia menyebut tindakan tegas terpaksa diambil karena terbukti efektif dan mampu mencegah pegawai lain ikut-ikutan melakukan perbuatan tercela. Menurut dia, beban terberatnya adalah saat harus menjatuhkan hukuman bagi salah seorang anak buah.
"Namun keputusan itu harus saya ambil karena saya ingin menyelamatkan ribuan anak buah saya yang baik. Saya lebih baik kehilangan satu anak buah yang tidak bisa dibina dibandingkan harus mempertaruhkan institusi," ujar dia.
Jakarta:
Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin menyinggung benalu di tubuh Korps Adhyaksa saat melakukan kunjungan kerja ke
Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan. Burhanuddin mengatakan setiap insan kejaksaan harus mengedepankan integritas dan loyalitas sebagai standar minimum menjalankan tugas, fungsi, serta wewenang.
"Jangan jadi benalu di dalam tubuh institusi, rapatkan barisan dan mari kita bergerak bersama memulihkan muruah
Korps Adhyaksa yang kita cintai. Apabila di antara saudara sekalian masih ada yang ingin menjadi benalu, saya tidak akan segan dan ragu membasmi benalu tersebut," ujar Burhanuddin melalui keterangan tertulis yang disampaikan Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak, Minggu, 7 November 2021.
Menurut dia, loyalitas tertinggi harus didedikasikan pada hal-hal yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Jiwa korsa atau
espirt de corps bukan ditujukan terhadap orang, melainkan sebuah sistem dalam organisasi. Jika suatu organisasi telah melenceng dari visi dan misi yang ada, lanjut dia, besar kemungkinan loyalitas para anggotanya telah keropos dan lapuk.
Di tengah upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kejaksaan, Jaksa Agung kecewa masih menemukan jaksa maupun pegawai kejaksaan yang melakukan perbuatan tercela menyalahgunakan jabatan dan kewenangannya. Burhanuddin mengingatkan setiap kepala satuan kerja memberikan keteladanan kepada jajarannya.
"Pada dasarnya pimpinan tidak ingin melihat anak buahnya bermasalah, akan tetapi apabila perintah dan imbauan pimpinan tidak diindahkan dan tetap mencoba mencari celah untuk melakukan perbuatan tercela, pimpinan tidak akan ragu untuk menindak secara tegas," kata Burhanuddin.
Baca:
Kejaksaan Tangkap Lima Buronan Dalam Tiga Hari
Dia menyebut tindakan tegas terpaksa diambil karena terbukti efektif dan mampu mencegah pegawai lain ikut-ikutan melakukan perbuatan tercela. Menurut dia, beban terberatnya adalah saat harus menjatuhkan hukuman bagi salah seorang anak buah.
"Namun keputusan itu harus saya ambil karena saya ingin menyelamatkan ribuan anak buah saya yang baik. Saya lebih baik kehilangan satu anak buah yang tidak bisa dibina dibandingkan harus mempertaruhkan institusi," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)