medcom.id, Jakarta: Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menilai buron koruptor bak sinterklas di negara berkembang. Sebab mereka berbekal fulus segunung untuk berlindung di berbagai negara.
"Uang yang banyak itu ditaruh di sebuah negara dengan jumlah besar, kemudian diinveskan di negara berkembang. Dia di situ seperti sinterklas investasi di negara itu," kata Sutiyoso dalam acara Primetime News Metro Tv, Jumat (22/4/2016)
Para buron, kata dia, biasanya membagi-bagikan uang kepada pihak tertentu agar mendapatkan perlindungan. "Kemudian bagi-bagi bonus kepada orang-orang tertentu, sehingga proteksi di negara itu pun menjadi kuat sekali," tuturnya.
Bang Yos sapaanya memastikan, jajaran BIN maupun Kepolisian tidak akan menyerah memburu 28 buron koruptor lainnya demi mengembalikan kewibawaan Indonesia di mata asing.
"Saya tidak mau menuduh orang, logikanya kita pakai bagaimana jumlah sekian orang dengan jumlah uang yang sangat besar, dia bawa, dia hidup di luar negri, berfoya-foya, investasi sana sini dilindungi negara tersebut. Ini tidak bisa kita biarkan, wibawa negara kita dimana," ungkap dia.
Sekadar informasi, selain memulangkan terpidana korupsi dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Samadikun Hartono, pihak keamanan Indonesia ternyata juga menangkap buronan kasus Century Hartawan Aluwi.
Penangkapan Samadikun merupakan hasil penyelidikan dan kerjasama intelijen Indonesia dan aparat di Tiongkok. Dia dicokok di Sanghai, Tiongkok, pada 14 April setelah kabur selama 13 tahun. Samadikun yang merupakan mantan komisaris utama Bank Modern ini mendapat suntikan dari BLBI dan menyelewengkan dana itu.
Sementara itu, Hartawan adalah satu di antara beberapa tersangka dugaan korupsi dana nasabah Bank Century yang kabur ke luar negeri. Hartawan jadi buronan sejak 2011 bersama lima orang lainnya. Dia terjerat kasus korupsi yang merugikan negara Rp3,1 triliun. Kasus ini sudah diselidiki dan masuk tahap penyidikan Mabes Polri.
medcom.id, Jakarta: Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso menilai buron koruptor bak sinterklas di negara berkembang. Sebab mereka berbekal fulus segunung untuk berlindung di berbagai negara.
"Uang yang banyak itu ditaruh di sebuah negara dengan jumlah besar, kemudian diinveskan di negara berkembang. Dia di situ seperti sinterklas investasi di negara itu," kata Sutiyoso dalam acara
Primetime News Metro Tv, Jumat (22/4/2016)
Para buron, kata dia, biasanya membagi-bagikan uang kepada pihak tertentu agar mendapatkan perlindungan. "Kemudian bagi-bagi bonus kepada orang-orang tertentu, sehingga proteksi di negara itu pun menjadi kuat sekali," tuturnya.
Bang Yos sapaanya memastikan, jajaran BIN maupun Kepolisian tidak akan menyerah memburu 28 buron koruptor lainnya demi mengembalikan kewibawaan Indonesia di mata asing.
"Saya tidak mau menuduh orang, logikanya kita pakai bagaimana jumlah sekian orang dengan jumlah uang yang sangat besar, dia bawa, dia hidup di luar negri, berfoya-foya, investasi sana sini dilindungi negara tersebut. Ini tidak bisa kita biarkan, wibawa negara kita dimana," ungkap dia.
Sekadar informasi, selain memulangkan terpidana korupsi dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Samadikun Hartono, pihak keamanan Indonesia ternyata juga menangkap buronan kasus Century Hartawan Aluwi.
Penangkapan Samadikun merupakan hasil penyelidikan dan kerjasama intelijen Indonesia dan aparat di Tiongkok. Dia dicokok di Sanghai, Tiongkok, pada 14 April setelah kabur selama 13 tahun. Samadikun yang merupakan mantan komisaris utama Bank Modern ini mendapat suntikan dari BLBI dan menyelewengkan dana itu.
Sementara itu, Hartawan adalah satu di antara beberapa tersangka dugaan korupsi dana nasabah Bank Century yang kabur ke luar negeri. Hartawan jadi buronan sejak 2011 bersama lima orang lainnya. Dia terjerat kasus korupsi yang merugikan negara Rp3,1 triliun. Kasus ini sudah diselidiki dan masuk tahap penyidikan Mabes Polri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(Des)