Jakarta: Laptop milik Francois Abello Camille, 65, dibawa ke Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kepolisian berusaha mengusut lebih jauh kasus eksploitasi dan pelecehan kepada 305 anak yang dilakukan warga negara Perancis tersebut.
Kasubdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Piter Yonattama, menyebut laptop tersebut terkunci dan dienkripsi. Penelusuran terkendala karena polisi hanya bisa bermodal bukti fisik yang sempat ditemukan sebelum Camille bunuh diri.
"Kami mencoba membongkar itu (laptop), karena kan laptopnya itu dienkripsi. Dia bilang dia lupa (kata sandi)," kata Piter saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat, 17 Juli 2020.
Polisi sempat melihat video pelecehan seksual terhadap 305 anak dengan wajah yang berbeda-beda di laptop tersebut saat penggerebekan di Hotel Pinsen Park, Mangga Besar, Jakarta Barat. Namun, laptop mati karena habis baterai saat menelusuri folder lain.
"Kita enggak menyangka ketika laptopnya habis baterai, langsung otomatis terenkripsi," ujar Piter.
Baca: 19 Korban Warga Prancis Predator Anak Teridentifikasi
Piter menduga perbuatan warga Prancis ini bukan motif pribadi. Menurut dia ada oknum lain yang terlibat. Keterlibatan pelaku lain dapat ditelusuri dari barang-barang milik Camille, seperti telepon genggam (handphone) dan laptop.
"Kalau handphone sudah kami cek tidak ada yang menarik. Nah tinggal laptopnya akan kami cek," ungkap Piter.
Camille melakukan percobaan bunuh diri menggunakan tali kabel di dalam sel pada Kamis, 9 Juli 2020, malam. Dia mendapat perawatan selama tiga hari di Rumah Sakit Polri Kramat Jati dan dinyatakan meninggal pada Minggu, 12 Juli 2020, malam.
Jakarta: Laptop milik Francois Abello Camille, 65, dibawa ke Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kepolisian berusaha mengusut lebih jauh kasus eksploitasi dan pelecehan kepada 305 anak yang dilakukan warga negara Perancis tersebut.
Kasubdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKBP Piter Yonattama, menyebut laptop tersebut terkunci dan dienkripsi. Penelusuran terkendala karena polisi hanya bisa bermodal bukti fisik yang sempat ditemukan sebelum Camille bunuh diri.
"Kami mencoba membongkar itu (laptop), karena kan laptopnya itu dienkripsi. Dia bilang dia lupa (kata sandi)," kata Piter saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat, 17 Juli 2020.
Polisi sempat melihat video pelecehan seksual terhadap 305 anak dengan wajah yang berbeda-beda di laptop tersebut saat penggerebekan di Hotel Pinsen Park, Mangga Besar, Jakarta Barat. Namun, laptop mati karena habis baterai saat menelusuri folder lain.
"Kita enggak menyangka ketika laptopnya habis baterai, langsung otomatis terenkripsi," ujar Piter.
Baca:
19 Korban Warga Prancis Predator Anak Teridentifikasi
Piter menduga perbuatan warga Prancis ini bukan motif pribadi. Menurut dia ada oknum lain yang terlibat. Keterlibatan pelaku lain dapat ditelusuri dari barang-barang milik Camille, seperti telepon genggam (
handphone) dan laptop.
"Kalau
handphone sudah kami cek tidak ada yang menarik. Nah tinggal laptopnya akan kami cek," ungkap Piter.
Camille melakukan percobaan bunuh diri menggunakan tali kabel di dalam sel pada Kamis, 9 Juli 2020, malam. Dia mendapat perawatan selama tiga hari di Rumah Sakit Polri Kramat Jati dan dinyatakan meninggal pada Minggu, 12 Juli 2020, malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)
