medcom.id, Jakarta: Bekas Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono membantah keterlibatan pengusaha minyak Riza Chalid dalam pendanaan Tabloid Obor Rakyat. Setiyardi bersumpah tak mengenal sang taipan minyak itu.
"Demi Allah saya tidak pernah bertemu dengan Riza Chalid, tidak pernah kenal. Saya pernah dengar di media tapi saya tidak pernah ketemu, tidak pernah kenal," kata Setiyardi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Selasa (17/6/2016).
Perlu pendanaan yang lumayan untuk menerbitkan tabloid Obor Rakyat. Misal, saat menerbitkan Obor Rakyat edisi pertama, Rp253 juta dibayarkan untuk pencetakan ratusan ribu eksemplar dan distribusi ke Pondok Pesantren di Pulau Jawa dan Madura.
Setiyardi mengaku sumber dana pengeluaran Obor Rakyat berasal dari kantongnya.
"Dan sudah saya sampaikan ke penyidik itu uang dari saya dan beberapa teman," ungkap Setiyardi.
Wartawan jebolan Tempo itu sudah mendengar kabar yang beredar bahwa Riza Chalid disebut-sebut mendanai beberapa media, termasuk Obor Rakyat, untuk mendiskreditkan pasangan calon Jokowi-JK. "Saya sebagai Pemred mengatakan itu menghina saya, itu saya nyatakan itu duit saya, saya pengen buat Obor Rakyat," tandas Setiyardi.
Alasan Obor Rakyat Jadikan Pondok Pesantren sebagai Target Pembaca
Obor Rakyat disebarluaskan di pondok pesantren wilayah Pulau Jawa dan Madura. Beberapa pesantren yang menerima tabloid Obor Rakyat, antara lain Pondok Pesantren Al Mizan Majalengka, Jawa Barat; Pondok Pesantren Al Amien, Banyumas, Jawa Tengah; Pondok Pesantren Yayasan Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum (YATABU), Surabaya, Jawa Timur; dan Pondok Pesantren Darul Rahman, Bangkalan, Madura.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Munawaroh, Muhtar Hudori menunjukkan tabloid Obor Rakyat edisi terbaru di Kelurahan Sumur Panggang, Tegal. ANT/Oky Lukmansyah.
Setiyardi membeberkan alasan memilih pesantren sebagai target pembaca. Ia menilai informasi yang masuk ke pondok pesantren tak banyak.
"Saya menganggap pesantren kurang, atau perlu diberi informasi," kata Setiyardi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2016).
"Kan ada majalah bisnis targetnya pebisnis, saya target pasarnya pesantren boleh dong," lanjut Setyardi.
Empat edisi yang diterbitkan Obor Rakyat, semuanya mengulik perihal latar belakang Jokowi. Setiyardi acuh kalaupun media yang sempat dipimpinnya itu dituduh melakukan kampanye hitam kepada Jokowi.
"Dianggap black campaign enggak apa-apa, asal bukan black canyon," seloroh Setoyardi.
medcom.id, Jakarta: Bekas Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono membantah keterlibatan pengusaha minyak Riza Chalid dalam pendanaan Tabloid Obor Rakyat. Setiyardi bersumpah tak mengenal sang taipan minyak itu.
"Demi Allah saya tidak pernah bertemu dengan Riza Chalid, tidak pernah kenal. Saya pernah dengar di media tapi saya tidak pernah ketemu, tidak pernah kenal," kata Setiyardi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Selasa (17/6/2016).
Perlu pendanaan yang lumayan untuk menerbitkan tabloid Obor Rakyat. Misal, saat menerbitkan Obor Rakyat edisi pertama, Rp253 juta dibayarkan untuk pencetakan ratusan ribu eksemplar dan distribusi ke Pondok Pesantren di Pulau Jawa dan Madura.
Setiyardi mengaku sumber dana pengeluaran Obor Rakyat berasal dari kantongnya.
"Dan sudah saya sampaikan ke penyidik itu uang dari saya dan beberapa teman," ungkap Setiyardi.
Wartawan jebolan Tempo itu sudah mendengar kabar yang beredar bahwa Riza Chalid disebut-sebut mendanai beberapa media, termasuk Obor Rakyat, untuk mendiskreditkan pasangan calon Jokowi-JK. "Saya sebagai Pemred mengatakan itu menghina saya, itu saya nyatakan itu duit saya, saya pengen buat Obor Rakyat," tandas Setiyardi.
Alasan Obor Rakyat Jadikan Pondok Pesantren sebagai Target Pembaca
Obor Rakyat disebarluaskan di pondok pesantren wilayah Pulau Jawa dan Madura. Beberapa pesantren yang menerima tabloid Obor Rakyat, antara lain Pondok Pesantren Al Mizan Majalengka, Jawa Barat; Pondok Pesantren Al Amien, Banyumas, Jawa Tengah; Pondok Pesantren Yayasan Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum (YATABU), Surabaya, Jawa Timur; dan Pondok Pesantren Darul Rahman, Bangkalan, Madura.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Munawaroh, Muhtar Hudori menunjukkan tabloid Obor Rakyat edisi terbaru di Kelurahan Sumur Panggang, Tegal. ANT/Oky Lukmansyah.
Setiyardi membeberkan alasan memilih pesantren sebagai target pembaca. Ia menilai informasi yang masuk ke pondok pesantren tak banyak.
"Saya menganggap pesantren kurang, atau perlu diberi informasi," kata Setiyardi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2016).
"Kan ada majalah bisnis targetnya pebisnis, saya target pasarnya pesantren boleh dong," lanjut Setyardi.
Empat edisi yang diterbitkan Obor Rakyat, semuanya mengulik perihal latar belakang Jokowi. Setiyardi acuh kalaupun media yang sempat dipimpinnya itu dituduh melakukan kampanye hitam kepada Jokowi.
"Dianggap black campaign enggak apa-apa, asal bukan black canyon," seloroh Setoyardi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)