medcom.id, Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) angkat bicara terkait penyitaan buku Manifesto Komunis karangan Karl Marx dan Friedrich Engels yang diterbitkan dan dipajang Penerbit Thukul Cetak asal Malaysia di Indonesia Internasional Book Fair 2016 di JCC Senayan. Sektretaris Dewan Pertimbangan IKAPI Kartini Nurdin mengatakan, permasalahan ini sudah selesai.
Kartini menjelaskan, IKAPI terlambat mengetahui kabar penyitaan dan penangkapan terhadap empat warga negara Malaysia itu. Mereka dilepaskan setelah dimintai keterangan oleh Polisi.
"Sudah, sudah selesai," kata Kartini saat dihubungi Metrotvnews.com, Rabu (5/10/2016).
Kartini menjelaskan, permasalahan ini muncul karena sampul buku bergambar palu arit. Kartini mengaku, tak ada masalah antara kepolisian dan pihak penerbit usai kejadian itu.
Setelah meminta keterangan, polisi paham penerbit asal Malaysia itu hanya memamerkan buku yang mereka produksi.
"Jadi mereka dimintai keterangan, jadi biasalah. Sudah selesai (masalahnya)," pungkas Kartini.
Penerbit Thukul Cetak juga mengeluarkan pernyataan senada. Tak ada niat dalam mempromosikan paham komunis di Indonesia. CEO Thukul Cetak ZF Zamir mengatakan, buku yang dipamerkan itu merupakan salah satu terbitan dari sejumlah buku teori sosial dan politik yang dimilikinya.
Buku Manifesto Komunis itu, jelas Zamir, merupakan kritik dari Marx dan Engels kepada kapitalisme. Pada bagian awal buku yang diproduksi Thukul Cetak terdapat pengenalan kritis tentang bagaimana menilai karya ini. Beberapa hal, kata Zamir, dikemukakan, termasuk pertumpahan darah di Kamboja era Pol Pot.
Selain itu, juga diselipkan sebuah senarai yang mengatakan lebih dari 100 juta jiwa menjadi korban komunisme sejak buku ini diperkenalkan. Buku ini pun meminta pembaca menilai apakah pertumpahan darah sekian banyak dimaklumi hanya karena satu ideologi.
Zamir menambahkan, buku ini juga sempat dipegang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat berkunjung di Paviliun Malaysia di Indonesia Internasional Buku Fair.
Ia mengatakan, Polisi juga tak menyita seluruh buku yang dibawa ke Indonesia. Polisi hanya menyita beberapa buku yang dijadikan pajangan pada acara itu.
Mereka pun dilepaskan usai dimintai keterangan oleh Polisi. Zamir menegaskan, tak ada tuntutan hukum yang diberikan kepada ia dan tiga koleganya.
"Apa yang berlaku sebenarnya hanyalah salah paham berkaitan logo ‘palu arit’ dan dihangatkan lagi oleh media tak bertanggungjawab yang dengan sengaja melaporkan perkara yang tak benar," jelas Zamir melalui keterangan tertulis yang diterima Metrotvnews.com.
Kejadian ini bermula saat Ditintelkam Polri mendapatkan laporan adanya peredaran buku berbau Marxisme di IIBF yang diselenggarakan di JCC Senayan. Polisi kemudian mengamankan empat orang warga negara Malaysia, Sabtu 1 Oktober.
Indonesia Internasional Book Fair 2016 digelar di JCC Senayan sejak 28 September hingga 2 Oktober. Dalam pameran ini, Malaysia menjadi tamu kehormatan. Terdapat satu pavilion khusus yang berisi berbagai penerbit asal Malaysia dalam festival ini.
medcom.id, Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) angkat bicara terkait penyitaan buku Manifesto Komunis karangan Karl Marx dan Friedrich Engels yang diterbitkan dan dipajang Penerbit Thukul Cetak asal Malaysia di Indonesia Internasional Book Fair 2016 di JCC Senayan. Sektretaris Dewan Pertimbangan IKAPI Kartini Nurdin mengatakan, permasalahan ini sudah selesai.
Kartini menjelaskan, IKAPI terlambat mengetahui kabar penyitaan dan penangkapan terhadap empat warga negara Malaysia itu. Mereka dilepaskan setelah dimintai keterangan oleh Polisi.
"Sudah, sudah selesai," kata Kartini saat dihubungi Metrotvnews.com, Rabu (5/10/2016).
Kartini menjelaskan, permasalahan ini muncul karena sampul buku bergambar palu arit. Kartini mengaku, tak ada masalah antara kepolisian dan pihak penerbit usai kejadian itu.
Setelah meminta keterangan, polisi paham penerbit asal Malaysia itu hanya memamerkan buku yang mereka produksi.
"Jadi mereka dimintai keterangan, jadi biasalah. Sudah selesai (masalahnya)," pungkas Kartini.
Penerbit Thukul Cetak juga mengeluarkan pernyataan senada. Tak ada niat dalam mempromosikan paham komunis di Indonesia. CEO Thukul Cetak ZF Zamir mengatakan, buku yang dipamerkan itu merupakan salah satu terbitan dari sejumlah buku teori sosial dan politik yang dimilikinya.
Buku Manifesto Komunis itu, jelas Zamir, merupakan kritik dari Marx dan Engels kepada kapitalisme. Pada bagian awal buku yang diproduksi Thukul Cetak terdapat pengenalan kritis tentang bagaimana menilai karya ini. Beberapa hal, kata Zamir, dikemukakan, termasuk pertumpahan darah di Kamboja era Pol Pot.
Selain itu, juga diselipkan sebuah senarai yang mengatakan lebih dari 100 juta jiwa menjadi korban komunisme sejak buku ini diperkenalkan. Buku ini pun meminta pembaca menilai apakah pertumpahan darah sekian banyak dimaklumi hanya karena satu ideologi.
Zamir menambahkan, buku ini juga sempat dipegang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat berkunjung di Paviliun Malaysia di Indonesia Internasional Buku Fair.
Ia mengatakan, Polisi juga tak menyita seluruh buku yang dibawa ke Indonesia. Polisi hanya menyita beberapa buku yang dijadikan pajangan pada acara itu.
Mereka pun dilepaskan usai dimintai keterangan oleh Polisi. Zamir menegaskan, tak ada tuntutan hukum yang diberikan kepada ia dan tiga koleganya.
"Apa yang berlaku sebenarnya hanyalah salah paham berkaitan logo ‘palu arit’ dan dihangatkan lagi oleh media tak bertanggungjawab yang dengan sengaja melaporkan perkara yang tak benar," jelas Zamir melalui keterangan tertulis yang diterima Metrotvnews.com.
Kejadian ini bermula saat Ditintelkam Polri mendapatkan laporan adanya peredaran buku berbau Marxisme di IIBF yang diselenggarakan di JCC Senayan. Polisi kemudian mengamankan empat orang warga negara Malaysia, Sabtu 1 Oktober.
Indonesia Internasional Book Fair 2016 digelar di JCC Senayan sejak 28 September hingga 2 Oktober. Dalam pameran ini, Malaysia menjadi tamu kehormatan. Terdapat satu pavilion khusus yang berisi berbagai penerbit asal Malaysia dalam festival ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)