medcom.id, Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganggap kasus vaksin palsu merupakan darurat kesehatan yang harus segera ditanggulangi. Seluruh dokter anak siap ditugaskan.
"Saya tahu besaran masalah ini. Ini saya anggap suatu emergency. Ada dua, kami sebagai dokter harus melihat situasi emergency sosial dan medical," kata Ketua IDAI, Aman Pulungan saat konferensi pers di kantor Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/7/2016).
Aman mengatakan, kasus yang menjerat tiga dokter dari total 23 tersangka ini harus dipandang secara objektif. Ia meminta masyarakat tetap tenang dan terus mendukung agar program imunisasi ini dapat berjalan maksimal.
"Kita sudah siapkan seluruh tim melakukan penanggulangan. Jadi krisisnya dulu ditangani. Anak Indonesia ada 90 juta. Masalah kesehatan ini harus bisa ditanggulangi semaksimal mungkin. Kita sudah siap," kata Aman.
Narsum dari kanan ke kiri: Ketua Persatuan RS Seluruh Indonesia (Persi) Kuncoro, Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafly Amar, Ketua Satgas Vaksin Palsu Maura Linda Sitanggang, Ketua Umum PB IDI Ilham Oetama Marsis, Ketua IDAI Aman Bakti Pulungan, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
Vaksin yang dipalsukan sudah dikaji dan dianggap tidak memberikan efek kekebalan terhadap tubuh anak lantaran kandungannya berbeda. Menurut Aman, 3.700 anggota IDAI beserta protokolnya siap menjalankan program imunisasi ulang. Ia meminta masyarakat memberi kesempatan para dokter anak bekerja memberikan vaksin, memeriksa kehehatan dan memantau tumbuh kembang anak yang terindikasi menerima vaksin palsu.
"Pada anak tidak ada medical check up. Kalau demam kita periksa demamnya berapa hari, bisa saja itu tifus atau lain sebagainya. Kalau semua anak medical check up dan diambil darahnya, semua anak akan takut," kata dia.
medcom.id, Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganggap kasus vaksin palsu merupakan darurat kesehatan yang harus segera ditanggulangi. Seluruh dokter anak siap ditugaskan.
"Saya tahu besaran masalah ini. Ini saya anggap suatu emergency. Ada dua, kami sebagai dokter harus melihat situasi emergency sosial dan medical," kata Ketua IDAI, Aman Pulungan saat konferensi pers di kantor Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/7/2016).
Aman mengatakan, kasus yang menjerat tiga dokter dari total 23 tersangka ini harus dipandang secara objektif. Ia meminta masyarakat tetap tenang dan terus mendukung agar program imunisasi ini dapat berjalan maksimal.
"Kita sudah siapkan seluruh tim melakukan penanggulangan. Jadi krisisnya dulu ditangani. Anak Indonesia ada 90 juta. Masalah kesehatan ini harus bisa ditanggulangi semaksimal mungkin. Kita sudah siap," kata Aman.
Narsum dari kanan ke kiri: Ketua Persatuan RS Seluruh Indonesia (Persi) Kuncoro, Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafly Amar, Ketua Satgas Vaksin Palsu Maura Linda Sitanggang, Ketua Umum PB IDI Ilham Oetama Marsis, Ketua IDAI Aman Bakti Pulungan, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Bambang Wibowo. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
Vaksin yang dipalsukan sudah dikaji dan dianggap tidak memberikan efek kekebalan terhadap tubuh anak lantaran kandungannya berbeda. Menurut Aman, 3.700 anggota IDAI beserta protokolnya siap menjalankan program imunisasi ulang. Ia meminta masyarakat memberi kesempatan para dokter anak bekerja memberikan vaksin, memeriksa kehehatan dan memantau tumbuh kembang anak yang terindikasi menerima vaksin palsu.
"Pada anak tidak ada medical check up. Kalau demam kita periksa demamnya berapa hari, bisa saja itu tifus atau lain sebagainya. Kalau semua anak medical check up dan diambil darahnya, semua anak akan takut," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)