medcom.id, Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengembangkan drone berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE). Ini untuk kepentingan pertahanan.
Menurut BPPT, pengembangan teknologi ini sangat penting guna mewujudkan kemandirian bangsa dalam mengelola teknologi pertahanan.
"Selama ini kita terlalu bergantung dengan teknologi luar negeri dalam hal pertahanan udara. Padahal kualitas SDM putra-putri kita bagus-bagus," ujar Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu Widodo Pandoe, di Gedung BPPT, Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Senin 21 Agustus 2017.
Wahyu mengatakan sudah saatnya mensinergikan kekuatan-kekuatan SDM di kementerian, lembaga, dan universitas. Ini untuk menciptakan teknologi yang bisa diimplementasikan di dalam negeri.
Jika Indonesia berhasil menciptakan drone MALE sendiri, kata dia, nantinya Indonesia tidak perlu lagi bergantung pada negara asing dalam pengelolaannya. Karena rancangan, pengoperasian, sampai maintenance akan dilakukan putera-puteri Indonesia.
Wahyu menjelaskan, drone MALE ditargetkan mulai diproduksi pada tahun 2022. Dia berharap drone MALE dilirik pasar internasiona. "Seperti pesawat CN-235 yang sekarang sangat diminati oleh negara-negara luar," lanjut Wahyu.
Hari ini BPPT menandatangani perjanjian kerja sama konsorsium untuk pengembangan drone MALE. Perjanjian ini melibatkan Kementerian Pertahanan dan TNI AU sebagai pengguna, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra industri, PT LEN Persero sebagai mitra pengembang sistem kendali muatan (payload), serta ITB sebagai mitra perguruan tinggi.
"Tahun 2019 diharapkan sudah uji terbang, sehingga tahun 2020-2022 sudah bisa masuk tahap sertifikasi," ujar Wahyu.
Drone MALE adalah jenis pesawat terbang tanpa awak yang mampu mengudara hingga ketinggian di atas 10 ribu kaki. Keunggulan drone MALE di antaranya mampu terbang hingga 24 jam nonstop.
Nantinya, drone MALE akan dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan udara, seperti operasi intelijen, pengawasan, serta pengintaian.
medcom.id, Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengembangkan drone berjenis Medium Altitude Long Endurance (MALE). Ini untuk kepentingan pertahanan.
Menurut BPPT, pengembangan teknologi ini sangat penting guna mewujudkan kemandirian bangsa dalam mengelola teknologi pertahanan.
"Selama ini kita terlalu bergantung dengan teknologi luar negeri dalam hal pertahanan udara. Padahal kualitas SDM putra-putri kita bagus-bagus," ujar Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu Widodo Pandoe, di Gedung BPPT, Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Senin 21 Agustus 2017.
Wahyu mengatakan sudah saatnya mensinergikan kekuatan-kekuatan SDM di kementerian, lembaga, dan universitas. Ini untuk menciptakan teknologi yang bisa diimplementasikan di dalam negeri.
Jika Indonesia berhasil menciptakan drone MALE sendiri, kata dia, nantinya Indonesia tidak perlu lagi bergantung pada negara asing dalam pengelolaannya. Karena rancangan, pengoperasian, sampai maintenance akan dilakukan putera-puteri Indonesia.
Wahyu menjelaskan, drone MALE ditargetkan mulai diproduksi pada tahun 2022. Dia berharap drone MALE dilirik pasar internasiona. "Seperti pesawat CN-235 yang sekarang sangat diminati oleh negara-negara luar," lanjut Wahyu.
Hari ini BPPT menandatangani perjanjian kerja sama konsorsium untuk pengembangan drone MALE. Perjanjian ini melibatkan Kementerian Pertahanan dan TNI AU sebagai pengguna, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra industri, PT LEN Persero sebagai mitra pengembang sistem kendali muatan (payload), serta ITB sebagai mitra perguruan tinggi.
"Tahun 2019 diharapkan sudah uji terbang, sehingga tahun 2020-2022 sudah bisa masuk tahap sertifikasi," ujar Wahyu.
Drone MALE adalah jenis pesawat terbang tanpa awak yang mampu mengudara hingga ketinggian di atas 10 ribu kaki. Keunggulan drone MALE di antaranya mampu terbang hingga 24 jam nonstop.
Nantinya, drone MALE akan dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan udara, seperti operasi intelijen, pengawasan, serta pengintaian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)