medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua Komisi III DPR Mulfachri Harahap mengimbau kepada seluruh aparat kemananan untuk lebih waspada terhadap aksis teror. Ia menilai aksi teror kali ini lebih berani mengarah ke polisi jika berkaca dari kasus Mapolda Sumut dan Kampung Melayu.
"Saya kira fungsi intelijen kepolisian, bukan hanya kepolisian mungkin seluruh fasilitas intelijen yang punya negara ini harus digunakan untuk menangkal semacam itu," ujar Mulfachri, saat ditemui di Jalan Widya Chandra IV/16, Jakarta Selatan, Minggu 25 Juni 2017.
Disamping itu, ia mendorong agar pihak kepolisian bisa mengungkap kasus tersebut. Tidak hanya itu, ia juga berharap agar pihak kepolisian bisa mengungkap potensi-potensi aksi terorisme kedepannya agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Ketika ditanya apakah perlu ada penguatan polisi, politikus PAN itu menyetujuinya. Sebab polisi sudah terang-terangan menjadi target oleh para pelaku terorisme jika berkaca dari kasus dini hari tadi dan Kampung Melayu.
"Jadi semakin jelas bagi kita bahwa memang teman" Polri ada barisan paling depan di list oleh kelompok itu. Saya kira temen-temen Polri tingkatkan kewaspadaannya dan yang paling penting adalah bagaiman memaksimalkan semua Informasi mereka peroleh dan kelola dengan baik dengan kemampuan intelijennya mereka miliki," ucapnya.
Berkaca dari hal ini, Mulfachri juga berharap pembahasan RUU Terorisme dapat segera rampung. Meskipun masih terdapat beberapa perbedaan pandangan dari fraksi-fraksi, namun ia yakin dengan adanya kejadian tersebut, beberapa fraksi ada akan ada satu persamaan pendapat.
"Ada beberapa perbedaan pandangan dari frkasi terkait pasal-pasal yang dalam UU itu. Tapi saya kira beberapa kejadian belakangan ini membuat teman-teman di parlemen bisa lebih memiliki common sence untuk segera menyelesaikan UU itu," jelasnya.
Dalam pembahasan RUU terorisme, lanjutnya, ada beberapa klausul atau draft yang sensitif misalnya pelibatan TNI dalam proses penangkalan terorisme. Baginya itu sesuatu yang bs didiskusikan dengan pikiran tenang, lapang dada, dan tidak saling curiga.
"Saya melihat sejauh yang bisa kita terima pelibatan TNI dalam operasi penangan teror tentu perlu diperlukan sebatas mana terlibatan harus segera cari titik temunya," paparnya.
Dua orang terduga teroris mencoba menyusup ke Markas Polda Sumatera Utara, Minggu, 25 Juni 2017 dini hari tadi. Seorang petugas dari Kesatuan Yanma Polda Sumut tewas saat akan menangkap kedua pelaku.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, insiden terjadi sekitar pukul 03.00 WIB. Dua orang terduga teroris itu masuk dengan melompat pagar. Saat itu, anggota Yanma yang berjaga di pos III penjagaan pintu keluar Mapolda Sumut, Aiptu M. Sigalinging memergoki dua orang pelaku.
medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua Komisi III DPR Mulfachri Harahap mengimbau kepada seluruh aparat kemananan untuk lebih waspada terhadap aksis teror. Ia menilai aksi teror kali ini lebih berani mengarah ke polisi jika berkaca dari kasus Mapolda Sumut dan Kampung Melayu.
"Saya kira fungsi intelijen kepolisian, bukan hanya kepolisian mungkin seluruh fasilitas intelijen yang punya negara ini harus digunakan untuk menangkal semacam itu," ujar Mulfachri, saat ditemui di Jalan Widya Chandra IV/16, Jakarta Selatan, Minggu 25 Juni 2017.
Disamping itu, ia mendorong agar pihak kepolisian bisa mengungkap kasus tersebut. Tidak hanya itu, ia juga berharap agar pihak kepolisian bisa mengungkap potensi-potensi aksi terorisme kedepannya agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Ketika ditanya apakah perlu ada penguatan polisi, politikus PAN itu menyetujuinya. Sebab polisi sudah terang-terangan menjadi target oleh para pelaku terorisme jika berkaca dari kasus dini hari tadi dan Kampung Melayu.
"Jadi semakin jelas bagi kita bahwa memang teman" Polri ada barisan paling depan di list oleh kelompok itu. Saya kira temen-temen Polri tingkatkan kewaspadaannya dan yang paling penting adalah bagaiman memaksimalkan semua Informasi mereka peroleh dan kelola dengan baik dengan kemampuan intelijennya mereka miliki," ucapnya.
Berkaca dari hal ini, Mulfachri juga berharap pembahasan RUU Terorisme dapat segera rampung. Meskipun masih terdapat beberapa perbedaan pandangan dari fraksi-fraksi, namun ia yakin dengan adanya kejadian tersebut, beberapa fraksi ada akan ada satu persamaan pendapat.
"Ada beberapa perbedaan pandangan dari frkasi terkait pasal-pasal yang dalam UU itu. Tapi saya kira beberapa kejadian belakangan ini membuat teman-teman di parlemen bisa lebih memiliki common sence untuk segera menyelesaikan UU itu," jelasnya.
Dalam pembahasan RUU terorisme, lanjutnya, ada beberapa klausul atau draft yang sensitif misalnya pelibatan TNI dalam proses penangkalan terorisme. Baginya itu sesuatu yang bs didiskusikan dengan pikiran tenang, lapang dada, dan tidak saling curiga.
"Saya melihat sejauh yang bisa kita terima pelibatan TNI dalam operasi penangan teror tentu perlu diperlukan sebatas mana terlibatan harus segera cari titik temunya," paparnya.
Dua orang terduga teroris mencoba menyusup ke Markas Polda Sumatera Utara, Minggu, 25 Juni 2017 dini hari tadi. Seorang petugas dari Kesatuan Yanma Polda Sumut tewas saat akan menangkap kedua pelaku.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, insiden terjadi sekitar pukul 03.00 WIB. Dua orang terduga teroris itu masuk dengan melompat pagar. Saat itu, anggota Yanma yang berjaga di pos III penjagaan pintu keluar Mapolda Sumut, Aiptu M. Sigalinging memergoki dua orang pelaku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ROS)