medcom.id, Jakarta: Pakar Digital Forensik Ruby Alamsyah mengatakan pada dasarnya semua informasi yang disampaikan secara digital bisa dilacak dengan mudah. Termasuk pemesan ujaran kebencian yang menggunakan jasa grup Saracen.
"Kalau mau cari pemesannya pun tinggal cari informasi transaksional mereka dan komunikasi antara mereka dan pemesan," kata Ruby, dalam Prime Talk, Kamis 24 Agustus 2017.
Selain mencari informasi transaksional dan alur komunikasi yang dilakukan produsen dan pemesan, Polri juga dinilai perlu menginvestigasi kemungkinan pemesan menggunakan proxy. Sebab, bisa jadi pemesanan ujaran kebencian kepada Saracen tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui perantara proxy.
"Proxy tersebut bisa diinvestigasi sampai ke real pemesannya," kata Ruby.
Ruby mengatakan aktivitas yang dilakukan oleh Saracen umumnya menggunakan teknik peretasan akun di media sosial. Mereka akan mencari akun-akun yang sudah pasif atau akun grup yang sudah diblokir untuk dipulihkan. Akun akan diolah dan dijadikan tidak terlihat seperti robot.
Dia mencontohkan, media sosial facebook memiliki banyak akun pasif. Terhadap akun yang sudah tidak digunakan oleh pemiliknya akan diretas dan dipulihkan dengan identitas palsu. Terkadang, Saracen juga menggunakan identitas asli untuk mengelabui pengguna akun lain agar terlihat seperti asli.
Dengan 'keterampilan' tangan para admin, media sosial akan membentuk persepsi publik yang memungkinkan orang mudah percaya dengan apa yang disebarkan. Hal ini pun berlaku bagi Saracen. Kelompok ini berupaya membentuk persepsi publik dengan menebarkan informasi yang seakan-akan benar untuk dipercaya.
"Siapa yang kemudian bisa dipercaya? Balik lagi ke setiap individu bagaimana mereka bisa menilai dan lebih dewasa dalam bermedia sosial," katanya.
medcom.id, Jakarta: Pakar Digital Forensik Ruby Alamsyah mengatakan pada dasarnya semua informasi yang disampaikan secara digital bisa dilacak dengan mudah. Termasuk pemesan ujaran kebencian yang menggunakan jasa grup Saracen.
"Kalau mau cari pemesannya pun tinggal cari informasi transaksional mereka dan komunikasi antara mereka dan pemesan," kata Ruby, dalam
Prime Talk, Kamis 24 Agustus 2017.
Selain mencari informasi transaksional dan alur komunikasi yang dilakukan produsen dan pemesan, Polri juga dinilai perlu menginvestigasi kemungkinan pemesan menggunakan proxy. Sebab, bisa jadi pemesanan ujaran kebencian kepada Saracen tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui perantara proxy.
"Proxy tersebut bisa diinvestigasi sampai ke real pemesannya," kata Ruby.
Ruby mengatakan aktivitas yang dilakukan oleh Saracen umumnya menggunakan teknik peretasan akun di media sosial. Mereka akan mencari akun-akun yang sudah pasif atau akun grup yang sudah diblokir untuk dipulihkan. Akun akan diolah dan dijadikan tidak terlihat seperti robot.
Dia mencontohkan, media sosial facebook memiliki banyak akun pasif. Terhadap akun yang sudah tidak digunakan oleh pemiliknya akan diretas dan dipulihkan dengan identitas palsu. Terkadang, Saracen juga menggunakan identitas asli untuk mengelabui pengguna akun lain agar terlihat seperti asli.
Dengan 'keterampilan' tangan para admin, media sosial akan membentuk persepsi publik yang memungkinkan orang mudah percaya dengan apa yang disebarkan. Hal ini pun berlaku bagi Saracen. Kelompok ini berupaya membentuk persepsi publik dengan menebarkan informasi yang seakan-akan benar untuk dipercaya.
"Siapa yang kemudian bisa dipercaya? Balik lagi ke setiap individu bagaimana mereka bisa menilai dan lebih dewasa dalam bermedia sosial," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)