Sebanyak 24 preman ditangkap buntut pungli di Pelabuhan Tanjung Priok. Medcom.id/Siti Yona Hukmana
Sebanyak 24 preman ditangkap buntut pungli di Pelabuhan Tanjung Priok. Medcom.id/Siti Yona Hukmana

Kapolda: Ada 2 Kelompok Preman di Wilayah Pelabuhan Tanjung Priok

Siti Yona Hukmana • 17 Juni 2021 14:37
Jakarta: Kapolda Metro Jaya Irjen Mohammad Fadil Imran menyebut ada dua kelompok besar preman di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kedua kelompok itu melakukan pungutan liar (pungli) terhadap sopir truk kontainer.
 
"Yang pertama, kelompok yang beroperasi di dalam wilayah pelayanan pelabuhan, baik itu di wilayah pelabuhan maupun di luar wilayah pelabuhan yang kita kenal dengan nama depo atau tempat penimbunan sementara," kata Fadil di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis, 17 Juni 2021.
 
Fadil mengatakan modus operandinya memungut sejumlah uang di setiap pintu perlintasan kepada sopir truk kontainer. Jumlahnya bervariasi mulai dari Rp2 ribu hingga Rp20 ribu.

"Kemarin sudah berhasil diungkap sebanyak 49 orang," ujar Fadil.
 
Kolompok kedua, preman yang bermain di luar wilayah pelabuhan. Sebanyak 24 pelaku ditangkap dari empat kelompok jasa pengamanan dan pengawalan.
 
"Dengan modus operandinya seolah-olah mengamankan, tapi sejatinya melakukan pemerasan kepada perusahaan angkutan kontainer dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok," ungkap jenderal bintang dua itu.
 
Fadil menyebut pelaku melakukan pemungutan uang kepada sopir kontainer. Pembayaran dilakukan setiap bulan dengan jumlah setoran antara Rp50 ribu-Rp100 ribu ribu per truk kontainer.
 
Baca: 24 Preman Kembali Ditangkap di Pelabuhan Tanjung Priok
 
Para sopir atau perusahaan yang telah menyetor uang, armadanya akan diberi stiker sebagai penanda. Truk kontainer itu dijamin aman dari gangguan kriminalitas dan kemacetan dalam perjalanan.
 
"Ada puluhan bahkan ratusan perusahaan jasa angkutan head truk di wilayah Jabodetabek yang hilir mudik mengangkut dan menurunkan barang dari dan ke Tanjung Priok," ujar Fadil.
 
Fadil menuturkan jika perusahaan pengangkut truk kontainer tersebut tidak memberikan uang, akan terjadi gangguan di lapangan. Seperti bajing loncat dan lainnya. Gangguan itu dilakukan preman yang dipanggil asmoro.
 
"Tim penyelidik mendapatkan fakta bahwa ada korelasi antara gangguan yang dialami di jalan oleh sopir truk dengan setoran yang diberikan. Itulah korelasi antara stiker, setoran, tindakan pungli dan premanisme yang terjadi," ucap mantan Kapolda Jawa Timur itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan