BNPT Sebut Kelompok Konvoi Pendukung Khilafah di Cawang Serupa HTI
Siti Yona Hukmana • 31 Mei 2022 15:11
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menanggapi aksi konvoi membawa tulisan kebangkitan Khilafah di Cawang, Jakarta Timur pada Minggu pagi, 29 Mei 2022. BNPT menilai visi kelompok yang diduga bagian Khilafatul Muslimin tersebut sama dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Kampanye ini sebenarnya memiliki visi dan ideologi yang sama dengan HTI yang telah dibubarkan oleh pemerintah," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid saat dikonfirmasi, Selasa, 31 Mei 2022.
Ia mengatakan konvoi serupa terjadi di Brebes. Mereka mengkampanyekan tegaknya sistem khilafah sebagai solusi umat yang dilakukan oleh kelompok Khilafatul Muslimin.
Ia menjelaskan HTI merupakan gerakan transnasional dan sedang memperjuangkan sistem khilafah di berbagai negara. Sedangkan, Khilafatul Muslimin mengeklaim sudah mendirikan khilafah dengan adanya khalifah yang terpilih.
Menurut Nurwakhid, Genealogi Khilafatul Muslimin tidak bisa lepas dari Negara Islam Indonesia (NII). Sebab, sebagian besar tokoh kunci dalam gerakan tersebut adalah mantan NII.
Pendiri dan pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja, mantan anggota NII, sekaligus salah satu pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki bersama Abu Bakar Baasir (ABB) dan lainnya. Ia juga ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada 2000.
Baca: Densus Usut Konvoi Dukung Kebangkitan Khilafah di Cawang
Nurwakhid mengatakan Khilafatul Muslimin sama berbahaya dengan kelompok radikal terorisme. Setidaknya, ada beberapa parameter yang bisa dipakai dalam melihat Khilafatul Muslimin.
Pertama, aspek ideologi sangat berbahaya dengan memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia sebagaimana HTI, Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD) maupun jaringan terorisme lainya. Meski dalam pengakuan tidak bertentangan dengan Pancasila.
"Namun ideologi mereka adalah mengkafirkan sistem yang tidak sesuai dengan pandangannya," ujar Nurwakhid.
Kedua, secara historis pendiri gerakan Khilafatul Muslimin sangat dekat dengan kelompok radikal seperti NII, MMI dan memiliki rekam jejak dalam kasus terorisme. Seperti Baraja telah mengalami dua kali penahanan, pertama pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama tiga tahun.
"Kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal 1985," beberapa jenderal polisi bintang satu itu.
Baca: Aksi Konvoi Dukung Khilafah Viral di Sosial Media
Ketiga, dampak ideologis. Gerakan Khilafatul Muslimin disebut memiliki visi dan ideologi perubahan sistem sangat rentan bermetamorfosa dalam gerakan teror. Dia mencontohkan kasus penangkapan NAS, tersangka teroris di Bekasi yang ditemukan memiliki kardus berisi bendera Khilafatul Muslimin dan logo bordir Khilafatul Muslimin.
"Selain itu, gerakan Khilafatul Muslimin mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS. bahkan pada masa kejayaan ISIS pada 2015, Rohan Gunaratna peneliti terorisme dari Singapura menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS," jelas Nurwakhid.
Nurwakhid mengatakan BNPT telah mengambil sikap terkait konvoi membawa tulisan kebangkitan Khilafah di Cawang, Jakarta Timur. BNPT akan melakukan koordinasi pencegahan terhadap paham yang dapat mendorong terorisme.
"Terkait Khilafatul Muslimin BNPT telah mengkoordinasikan pemerintah daerah, forkopimda di seluruh wilayah NKRI untuk mewaspadai gerakan ini karena bertentangan dengan falsafah bangsa dan berpotensi melahirkan gerakan terorisme," tutur dia.
Sebelumnya, sebuah video memuat aksi konvoi puluhan motor, viral di media sosial. Konvoi motor itu membawa atribut berupa poster hingga bendera bertuliskan 'Khilafatul Muslimin'.
Konvoi Khilafatul Muslimin ini disebut-sebut terjadi di Cawang, Jakarta Timur, pukul 09.14 WIB pada Minggu, 29 Mei 2022. Terlihat para pemotor itu melintas bergerombol dengan memakai seragam dengan warna dominan hijau.
Para pemotor itu nampak membawa bendera berbahasa Arab berukuran besar. Sejumlah poster berisi pesan terkait khilafah pun turut dibawa peserta konvoi.
"Sambut Kebangkitan Khilafah Islamiyah," tulisan di salah satu poster yang dibawa pemotor. "Jadilah Pelopor Penegak Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah," bunyi poster lainnya.
Polda Metro Jaya pun telah menanggapi peristiwa itu. Tindakan konvoi berbendera khilafah ditegaskan tidak dibenarkan di Tanah Air. Pasalnya, Indonesia tidak menganut sistem khilafah dalam bernegara.
"Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan peraturan dan juga apa yang menjadi ketentuan di dalam perundang-undangan kita bahwa bangsa Indonesia ini bukan berdasarkan khilafah. Jadi Polda Metro Jaya tentunya akan mendalami video tersebut," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes E. Duluan di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin, 30 Mei 2022.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (
BNPT) menanggapi aksi konvoi membawa tulisan kebangkitan Khilafah di Cawang, Jakarta Timur pada Minggu pagi, 29 Mei 2022. BNPT menilai visi kelompok yang diduga bagian Khilafatul Muslimin tersebut sama dengan Hizbut Tahrir Indonesia (
HTI).
"Kampanye ini sebenarnya memiliki visi dan ideologi yang sama dengan HTI yang telah dibubarkan oleh pemerintah," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid saat dikonfirmasi, Selasa, 31 Mei 2022.
Ia mengatakan konvoi serupa terjadi di Brebes. Mereka mengkampanyekan tegaknya sistem khilafah sebagai solusi umat yang dilakukan oleh kelompok Khilafatul Muslimin.
Ia menjelaskan
HTI merupakan gerakan transnasional dan sedang memperjuangkan sistem khilafah di berbagai negara. Sedangkan, Khilafatul Muslimin mengeklaim sudah mendirikan khilafah dengan adanya khalifah yang terpilih.
Menurut Nurwakhid, Genealogi Khilafatul Muslimin tidak bisa lepas dari Negara Islam Indonesia (NII). Sebab, sebagian besar tokoh kunci dalam gerakan tersebut adalah mantan NII.
Pendiri dan pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja, mantan anggota NII, sekaligus salah satu pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki bersama Abu Bakar Baasir (ABB) dan lainnya. Ia juga ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada 2000.
Baca:
Densus Usut Konvoi Dukung Kebangkitan Khilafah di Cawang
Nurwakhid mengatakan Khilafatul Muslimin sama berbahaya dengan kelompok radikal terorisme. Setidaknya, ada beberapa parameter yang bisa dipakai dalam melihat Khilafatul Muslimin.