Jakarta: Kelompok teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) menyebarkan ratusan kotak amal di Lampung untuk pendanaan operasional kelompoknya. Direktur Indonesia Intelegence Institute, Ridlwan Habib, menilai JI cerdas dalam mengelabui hukum yang berlaku.
Tidak hanya berhasil membuat kotak amal, kelompok JI juga membangun sebuah perusahaan yang mengelola bahan dari sawit. Kemudian, mereka pun mendirikan lembaga kemanusiaan yang bernama Syam Organizer.
Kelompok JI tersebut juga mengajukan surat keputusan (SK) ke Kementerian Hukum dan HAM serta mendapat rekomendasi dari Kementerian Agama. Namun, Kementerian Agama langsung mencabut izin tersebut saat kedok kelompok JI terbongkar.
"Ini yang saya bilang hebatnya JI mengakali hukum. Mereka patuh dengan hukum, seolah-olah mengajukan SK dari Kemenkumham dan ada rekomendasi dari Kementerian Agama,” ujar Direktur Indonesia Intelegence Institute Ridlwan Habib dalam tayangan Metro Pagi Primetime di Metro TV, Kamis, 11 November 2021.
Baca: Terduga Teroris P Disebut Berperan sebagai Pelatih Militan
Ridlwan menyebut strategi kelompok JI itu menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Maka dari itu, aparat harus bersinergi dengan masyarakat dan tokoh agama untuk mencegah terorisme.
Langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mencegah terorisme yaitu aparat melakukan tactical operations. Selain itu, melakukan komunikasi intensif kepada para tokoh agama yang kerap kali meragukan kinerja dari Densus 88 Antiteror Polri dalam menangani kasus terorisme.
"Kita menyarankan agar Densus 88 didukung oleh MUI, Muhammadiyah, dan NU untuk membersihkan nama agama Islam yang dimanfaatkan oleh sekelompok golongan,” jelas Ridlwan. (Widya Finola Ifani Putri)
Jakarta: Kelompok
teroris jaringan
Jamaah Islamiyah (JI) menyebarkan ratusan
kotak amal di Lampung untuk pendanaan operasional kelompoknya. Direktur Indonesia Intelegence Institute, Ridlwan Habib, menilai JI cerdas dalam mengelabui hukum yang berlaku.
Tidak hanya berhasil membuat kotak amal, kelompok JI juga membangun sebuah perusahaan yang mengelola bahan dari sawit. Kemudian, mereka pun mendirikan lembaga kemanusiaan yang bernama Syam Organizer.
Kelompok JI tersebut juga mengajukan surat keputusan (SK) ke Kementerian Hukum dan HAM serta mendapat rekomendasi dari Kementerian Agama. Namun, Kementerian Agama langsung mencabut izin tersebut saat kedok kelompok JI terbongkar.
"Ini yang saya bilang hebatnya JI mengakali hukum. Mereka patuh dengan hukum, seolah-olah mengajukan SK dari Kemenkumham dan ada rekomendasi dari Kementerian Agama,” ujar Direktur Indonesia Intelegence Institute Ridlwan Habib dalam tayangan Metro Pagi Primetime di
Metro TV, Kamis, 11 November 2021.
Baca:
Terduga Teroris P Disebut Berperan sebagai Pelatih Militan
Ridlwan menyebut strategi kelompok JI itu menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Maka dari itu, aparat harus bersinergi dengan masyarakat dan tokoh agama untuk mencegah terorisme.
Langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mencegah terorisme yaitu aparat melakukan
tactical operations. Selain itu, melakukan komunikasi intensif kepada para tokoh agama yang kerap kali meragukan kinerja dari Densus 88 Antiteror Polri dalam menangani kasus terorisme.
"Kita menyarankan agar Densus 88 didukung oleh MUI, Muhammadiyah, dan NU untuk membersihkan nama agama Islam yang dimanfaatkan oleh sekelompok golongan,” jelas Ridlwan.
(Widya Finola Ifani Putri) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
