medcom.id, Jakarta: Daerah perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga masih menjadi wilayah primadona penyelundupan narkotika. Pasalnya, daerah tersebut sangat banyak aktivitas, sehingga petugas keamanan sulit mengawasi.
"Paling rawan penyelundupan narkotika masih di daerah perbatasan. Bukan karena itu (minim keamanan), tapi karena banyak lalu lintas sosial. Kan petugas kita tidak bisa terus-terusan memelototi orang yang lewat," kata Kabag Humas BNN Kombes Pol Slamet Pribadi ditemui Metrotvnews.com di Kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Senin (9/3/2015).
Selain itu, kata Slamet, dermaga-dermaga yang lemah akan pengawasan petugas keamanan pun menjadi kesukaan para penyelundup untuk memasukkan barang terlarang ke Indonesia. "Kalau jalur laut itu dengan perahu kecil dikirim lewat dermaga yang sepi, seperti Pelabuhan Ratu. Itu kan pelabuhan nasional, tapi kan sepi. Mereka masuk dari situ," tukas dia.
Slamet menambahkan, ada berbagai cara dilakukan para penyelundup untuk bisa memasukkan barang haram tersebut ke Indonesia. Misalnya, dengan menyimpan narkoba ke dalam knalpot.
"Penyelundupan setiap saat mengalami modifikasi, ada yang menggunakan bus troler, ada yang memasukkan ke dalam knalpot. Mereka melakukan cara yang bervariasi," kata dia.
Meski demikian, Slamet mengatakan, pihaknya telah melakukan pemetaan daerah-daerah rawan penyelundupan tersebut untuk mencegah masuknya barang haram ini ke Indonesia. Apalagi, kata dia, pemerintah sudah mencanangkan darurat narkoba di Indonesia.
"Pemerintah sudah mendeclar (mendeklarasikan) darurat narkoba. Semua harus sudah aktif. Semua harus sudah bergerak mengantisipasi penyelundupan. (BNN) Sudah memberikan pemetaan daerah rawan penyelundupan. Karena BNN ini kan sebagai leading sektor pemberantasan narkoba," pungkasnya.
medcom.id, Jakarta: Daerah perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga masih menjadi wilayah primadona penyelundupan narkotika. Pasalnya, daerah tersebut sangat banyak aktivitas, sehingga petugas keamanan sulit mengawasi.
"Paling rawan penyelundupan narkotika masih di daerah perbatasan. Bukan karena itu (minim keamanan), tapi karena banyak lalu lintas sosial. Kan petugas kita tidak bisa terus-terusan memelototi orang yang lewat," kata Kabag Humas BNN Kombes Pol Slamet Pribadi ditemui
Metrotvnews.com di Kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Senin (9/3/2015).
Selain itu, kata Slamet, dermaga-dermaga yang lemah akan pengawasan petugas keamanan pun menjadi kesukaan para penyelundup untuk memasukkan barang terlarang ke Indonesia. "Kalau jalur laut itu dengan perahu kecil dikirim lewat dermaga yang sepi, seperti Pelabuhan Ratu. Itu kan pelabuhan nasional, tapi kan sepi. Mereka masuk dari situ," tukas dia.
Slamet menambahkan, ada berbagai cara dilakukan para penyelundup untuk bisa memasukkan barang haram tersebut ke Indonesia. Misalnya, dengan menyimpan narkoba ke dalam knalpot.
"Penyelundupan setiap saat mengalami modifikasi, ada yang menggunakan bus troler, ada yang memasukkan ke dalam knalpot. Mereka melakukan cara yang bervariasi," kata dia.
Meski demikian, Slamet mengatakan, pihaknya telah melakukan pemetaan daerah-daerah rawan penyelundupan tersebut untuk mencegah masuknya barang haram ini ke Indonesia. Apalagi, kata dia, pemerintah sudah mencanangkan darurat narkoba di Indonesia.
"Pemerintah sudah mendeclar (mendeklarasikan) darurat narkoba. Semua harus sudah aktif. Semua harus sudah bergerak mengantisipasi penyelundupan. (BNN) Sudah memberikan pemetaan daerah rawan penyelundupan. Karena BNN ini kan sebagai leading sektor pemberantasan narkoba," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)