Jakarta: Pengungkapan rekam jejak tiga perwira tinggi (pati) polri bermasalah oleh Koalisi Masyarakat Sipil dan Indonesian Corruption Watch (ICW) dinilai hanya opini. Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan ada kepentingan kelompok tertentu dalam pengungkapan tersebut.
"Itu kan opini dari para pendukung Novel karena ketiga figur itu (tiga pati Polri) mengganggu kepentingan novel Cs," katanya saat dihubungi medcom.id, Senin, 29 Juli 2019.
Neta mengatakan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan pernah terjerat kasus saat bertugas di Bengkulu. Novel menembak enam tersangka kasus sarang burung walet hingga satu orang meninggal dunia.
"Para polisi ini yang melakukan pemeriksaan (kasus penembakan Novel di Bengkulu)," ucap Neta.
Dia meminta Koalisi Masyarakat Sipil untuk memaparkan data dan bukti terkait rekam jejak Irjen pol Firli Bahuri, Irjen pol Antam Novambar dan Irjen pol Dharma Pongrekun. Bukti tersebut bisa diserahkan kepada Panitia Seleksi Calon Pimpinan (Pansel Capim) KPK untuk ditelusuri.
"Kalau ketiganya disebut bermasalah paparkan saja datanya dan serahkan ke pansel, selama ini kan pansel selalu membuka bagi publik untuk melapor," imbuh Neta.
Sebelumnya, Koalisi Masyarakat Sipil dan ICW meminta Pansel Capim KPK menyoroti tiga pati Polri yang diduga memiliki rekam jejak buruk.
Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Kurnia Ramadhana mengatakan ketiga nama itu yakni Irjen Firli Bahuri, Irjen Antam Novambar dan Irjen Dharma Pongrekun.
Firli saat menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK pernah bertemu dengan kepala daerah yang tengah diperiksa dalam sebuah kasus yakni mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi.
Wakil Kabareskrim Irjen Antam Novambar juga dinilai bermasalah. Antam diduga meminta mantan Direktur Penyidikan KPK, Endang Tarsa, menjadi saksi meringankan dalam sidang praperadilan Komjen Budi Gunawan yang saat itu ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan rekening gendut.
"Harapan kita agar pansel bisa mengonfirmasi kepada yang bersangkutan terkait pemberitaan dugaan intimidasi tersebut," kata Kurnia.
Terakhir, Wakil Kepala BSSN Irjen Pol Dharma Pongrekun. Menurut catatan ICW, Dharma sempat menandatangani surat pemanggilan untuk penyidik KPK, Novel Baswedan, terkait dugaan penganiyaan berat terhadap pelaku pencurian sarang burung walet di Bengkulu pada 2004.
Dharma juga diisukan melanggar prosedur dalam mengeluarkan tahanan ketika menjabat sebagai Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
"Tentu informasi ini harus dikonfirmasi ulang oleh pansel, jika ini terbukti benar, sepatutnya pansel tidak meloloskan figur-figur tersebut," kata Kurnia.
Jakarta: Pengungkapan rekam jejak tiga perwira tinggi (pati) polri bermasalah oleh Koalisi Masyarakat Sipil dan Indonesian Corruption Watch (ICW) dinilai hanya opini. Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan ada kepentingan kelompok tertentu dalam pengungkapan tersebut.
"Itu kan opini dari para pendukung Novel karena ketiga figur itu (tiga pati Polri) mengganggu kepentingan novel Cs," katanya saat dihubungi medcom.id, Senin, 29 Juli 2019.
Neta mengatakan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan pernah terjerat kasus saat bertugas di Bengkulu. Novel menembak enam tersangka kasus sarang burung walet hingga satu orang meninggal dunia.
"Para polisi ini yang melakukan pemeriksaan (kasus penembakan Novel di Bengkulu)," ucap Neta.
Dia meminta Koalisi Masyarakat Sipil untuk memaparkan data dan bukti terkait rekam jejak Irjen pol Firli Bahuri, Irjen pol Antam Novambar dan Irjen pol Dharma Pongrekun. Bukti tersebut bisa diserahkan kepada Panitia Seleksi Calon Pimpinan (Pansel Capim) KPK untuk ditelusuri.
"Kalau ketiganya disebut bermasalah paparkan saja datanya dan serahkan ke pansel, selama ini kan pansel selalu membuka bagi publik untuk melapor," imbuh Neta.
Sebelumnya, Koalisi Masyarakat Sipil dan ICW meminta Pansel Capim KPK menyoroti tiga pati Polri yang diduga memiliki rekam jejak buruk.
Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Kurnia Ramadhana mengatakan ketiga nama itu yakni Irjen Firli Bahuri, Irjen Antam Novambar dan Irjen Dharma Pongrekun.
Firli saat menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK pernah bertemu dengan kepala daerah yang tengah diperiksa dalam sebuah kasus yakni mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi.
Wakil Kabareskrim Irjen Antam Novambar juga dinilai bermasalah. Antam diduga meminta mantan Direktur Penyidikan KPK, Endang Tarsa, menjadi saksi meringankan dalam sidang praperadilan Komjen Budi Gunawan yang saat itu ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan rekening gendut.
"Harapan kita agar pansel bisa mengonfirmasi kepada yang bersangkutan terkait pemberitaan dugaan intimidasi tersebut," kata Kurnia.
Terakhir, Wakil Kepala BSSN Irjen Pol Dharma Pongrekun. Menurut catatan ICW, Dharma sempat menandatangani surat pemanggilan untuk penyidik KPK, Novel Baswedan, terkait dugaan penganiyaan berat terhadap pelaku pencurian sarang burung walet di Bengkulu pada 2004.
Dharma juga diisukan melanggar prosedur dalam mengeluarkan tahanan ketika menjabat sebagai Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
"Tentu informasi ini harus dikonfirmasi ulang oleh pansel, jika ini terbukti benar, sepatutnya pansel tidak meloloskan figur-figur tersebut," kata Kurnia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SCI)