Jakarta: Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid mengatakan orang bisa terpapar radikal karena kurang piknik. Sehingga tidak memahami makna dan hakiki perbedaan dan tidak menoleransi terhadap keragaman,
"Hal ini yang harus dipahami bersama. Relevan dengan hal ini pendekatan seni dan budaya menjadi penting karena dengan seni dan budaya akan bangkit spiritualitas di dalam kehidupan beragama," kata Ahmad dilansir Antara, Rabu, 1 Juni 2022.
Dia menyampaikan radikalisme dan terorisme adalah cermin krisis spiritualitas dalam beragama dan berbangsa. Mereka lebih menonjolkan ritualitas dan simbol-simbol formal keagamaan, tetapi lemah di bidang budi pekerti, lemah di bidang akhlak, dan lemah di bidang spiritualitas.
"Spiritualitas bisa bangkit kalau hati lembut, kalau hati penuh kasih sayang, penuh toleransi," ucapnya.
Menurut dia, berbicara terorisme tidak bisa lepas dari radikalisme atau ekstremisme dalam terminologi internasional.
"Paham radikal dan paham ekstrem ini yang menjiwai aksi terorisme. Jadi, dapat dikatakan semua teroris pasti berpaham radikal meskipun tidak semua yang terpapar paham radikal otomatis menjadi teroris," tutur dia.
Ahmad menuturkan radikalisme dan terorisme tidak berkaitan dengan agama apapun.
"Kebetulan di Indonesia ini mayoritas muslim teroris yang kami tangkap, kami proses hukum KTP-nya muslim. Tapi saya tidak berani mengatakan Islam karena Islam yang saya pahami yang saya yakini sangat mulia, sangat tinggi," tutur dia.
Jakarta: Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (
BNPT) Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid mengatakan orang bisa terpapar radikal karena kurang piknik. Sehingga tidak memahami makna dan hakiki perbedaan dan tidak menoleransi terhadap keragaman,
"Hal ini yang harus dipahami bersama. Relevan dengan hal ini pendekatan seni dan budaya menjadi penting karena dengan seni dan budaya akan bangkit spiritualitas di dalam kehidupan beragama," kata Ahmad dilansir
Antara, Rabu, 1 Juni 2022.
Dia menyampaikan radikalisme dan
terorisme adalah cermin krisis spiritualitas dalam beragama dan berbangsa. Mereka lebih menonjolkan ritualitas dan simbol-simbol formal keagamaan, tetapi lemah di bidang budi pekerti, lemah di bidang akhlak, dan lemah di bidang spiritualitas.
"Spiritualitas bisa bangkit kalau hati lembut, kalau hati penuh kasih sayang, penuh toleransi," ucapnya.
Menurut dia, berbicara terorisme tidak bisa lepas dari radikalisme atau ekstremisme dalam terminologi internasional.
"Paham radikal dan paham ekstrem ini yang menjiwai aksi terorisme. Jadi, dapat dikatakan semua teroris pasti berpaham radikal meskipun tidak semua yang terpapar paham radikal otomatis menjadi teroris," tutur dia.
Ahmad menuturkan radikalisme dan terorisme tidak berkaitan dengan agama apapun.
"Kebetulan di Indonesia ini mayoritas muslim teroris yang kami tangkap, kami proses hukum KTP-nya muslim. Tapi saya tidak berani mengatakan Islam karena Islam yang saya pahami yang saya yakini sangat mulia, sangat tinggi," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)